Mohon tunggu...
HIDAYAH RAHMAD
HIDAYAH RAHMAD Mohon Tunggu... Lainnya - -HnR-

Pekerja Profesional dan Interpreter

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Hajiku - Mewujudkan Mimpi, Menebus Rindu

8 Juli 2022   14:03 Diperbarui: 8 Juli 2022   16:22 310
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ada pula jamaah yang menggunakan cara unik, mereka menyusuri sisi ka'bah dari Rukun Yamani, lalu sedikit demi sedikit merangsek masuk ke depan Hajar Aswad. Keberadaan mereka terkadang membuat kondisi tak beraturan dan menghentikan arus jamaah yang sedang tawaf di lingkaran terdekat dengan Ka'bah.

Dari fenomena Hajar Aswad ini aku teringat pesan seorang guru, terkadang euphoria kita dalam beribadah menjadikan kita bertindak tidak rasional. Kita suka memaksa untuk sesuatu yang tak perlu dilakukan. 

Mencium batu surga itu memang sunnah, karena dicontohkan baginda Nabi SAW. Namun anehnya demi hal sifatnya sunnah itu, orang nekat melakukan tindakan menganiaya, menyakiti dan merampas hak orang lain yang jelas haram hukumnya. Terbalik bukan? Iya, tapi aku menyadari, dalam hal kepatuhan dalam perintah agama memang terkadang tidak dapat dirasionalkan. Dan itu yang sering terjadi.

Sadar akan hal itu, aku urungkan niatku mencium batu itu. Aku menarik diri dari kerumunan untuk melanjutkan tawaf, dan cukup melambaikan tangan ke arahnya. Selepas tawaf dan shalat dua rakaat di belakang Maqam Ibrahim aku memohon dalam hati untuk dimudahkan mendekati batu itu (masih belum bisa move on ) tanpa harus mendorong dan menyakiti orang lain.

Tak selang beberapa lama, Iqomah berkumandang tanda sholat Subuh akan dimulai. Hampir semua orang mulai beringsut membentuk barisan shalat. Aku berusaha memberanikan diri melawan langkah sebagian orang untuk mendekati batu itu untuk kemudian meraihnya. Askar sempat memberi isyarat untuk menyuruhku berbalik, namun sedetik kemudian dengan isyarat lain dia menyuruhku terus melangkah. Aku ikuti isyarat kedua.

Aku tepat berada di depan benda surgawi yang kehilangan warna putih dan sinarnya itu. Dalam interpretasiku dia adalah gambaran bahwa setiap makhluk ciptaan Tuhan sesungguhnya berasal dari kesucian. Akan tetapi dalam perjalanannya, mereka semua tak luput dari dosa. Aku menciumnya, sebagai isyarat pengakuan dosa di hadapan Allah, dan berharap Dia Yang Maha Pengampun membasuhku dari dosa-dosa.

***

Prosesi ibadah haji di hari tarwiyah, Arafah, Muzdalifah dan Mina aku tunaikan dengan lancar. Setelah selesai tawaf wada' aku menuju Madinah. Tanah haram nan aman. Kota suci tujuan Rasulullah SAW berhijrah. Di sana Nabi dan para sahabat membangun peradaban, mencapai puncak kejayaan. Di tempat itu pula Nabi menutup usia, jasadnya terbaring di dalam masjid bersanding dengan dua sahabat setianya.

Kakiku melangkah pelan melewati gerbang masuk kawasan Masjid Nabawi. Di sebuah sudut halamannya seorang yang menjajakan Al-Quran memanggil-manggil. Kuambil lima jilid kitab bersampul hijau tua dari gerobaknya. Aku tenteng ke dalam masjid dan kuletakkan di sebuah rak di bawah pilar besar yang menyangga bangunan megah itu. Aku berharap seseorang akan membacanya dan mengalirkan keberkahan untukku.

Aku beranjak dan memasukkan diri pada sebuah antrian panjang menuju selasar berkubah hijau di atasnya. Aku mengikuti jengkal demi jengkal langkah orang di depanku. Bersama langkah mereka aku merasakan ada getaran rindu. Rindu pada Sang Nabi, rindu pada Kekasih Allah. 

Terlihat olehku dari jarak yang cukup orang-orang di depanku melambaikan tangan pada suatu arah, lalu diletakkan telapak itu ke dadanya. Seulas senyum, atau uraian tangis tampak sulit untuk kubedakan dari bibir mereka. Betapa sejuk pemandangan yang kulihat itu. Adegan orang yang menuntaskan kerinduan kepada dia yang amat dirindunya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun