Mohon tunggu...
HMDIE FEB UB
HMDIE FEB UB Mohon Tunggu... Lainnya - Himpunan Mahasiswa Departemen Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya

#SATUJIWAIE #OSIOSIOSI #PROUDTOBEIE #AMERTAASA

Selanjutnya

Tutup

Money

Pengaruh Stagflasi China terhadap Perekonomian Indonesia

30 November 2021   16:55 Diperbarui: 30 November 2021   17:08 414
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Berdasarkan rilis dari Biro Statistik Nasional China indeks produsen atau Producer Price Index (PPI) yang mengukur biaya barang dari pabrik, naik lebih dari yang diharapkan. Kenaikan PPI meluas karena kombinasi faktor global yang diimpor dan ketatnya pasokan energi dan bahan baku domestik utama. 

Kenaikan PPI yang diikuti dengan penurunan Customer Price Index (CPI) menandakan bahwa pertumbuhan harga barang tidak diseimbangi dengan pertumbuhan pendapatan. 

Harga barang semakin tinggi tapi pendapatan stagnan ini membuat orang-orang mengurangi konsumsinya. Kenaikan harga didorong oleh keterbatasan bahan baku, tingkat pengangguran, dan krisis energi yang melanda China.

 Pemulihan ekonomi telah mendorong permintaan listrik yang tinggi. Masalahnya, China telah menghentikan produksi batubara karena pertimbangan lingkungan kemudian beralih kepada listrik tenaga air dan menghentikan impor batubara dari Australia, disisi lain beberapa daerah di China dilanda kekeringan. 

Oleh karena itu, China saat ini sedang kewalahan menghadapi krisis pasokan listrik yang sangat parah dan membatasi jumlah produksinya untuk mereduksi penggunaan listrik perusahaan. 

Krisis pasokan listrik menyebabkan lonjakan harga output yang melampaui harga input. Dapat terlihat di sini bahwa stagflasi di China terjadi karena penguatan indeks harga output bersamaan dengan penguatan indeks harga input. Akibatnya, permintaan semakin  menurun di samping tingkat produksi yang rendah.

Sektor manufaktur menyumbang 29,06 terhadap PDB China. Purchasing Managers Index (PMI) yang mencerminkan aktivitas manufaktur, melaporkan pada periode Oktober 2021 sebesar 49,2 terjadi penurunan sekitar 4 persen dari bulan sebelumnya. Perlu diingat bahwa PMI menggunakan 50 sebagai nilai terendah, jka ada di bawah itu maka sudah dapat dipastikan terkontraksi. 

Masalah perlambatan ekonomi tidak hanya pada sektor manufaktur, tetapi sektor properti juga. Kasus Evergrande mencuat ke permukaan beberapa waktu belakangan ini. 

Kasus ini mengakibatkan perusahaan properti raksasa di China, terancam bangkrut karena Evergrande terindikasi gagal membayar bunga pinjaman jatuh tempo. 

Penyebab krisis Evergrande disinyalir karena aturan kekayaan miliarder, kontrol utang perusahaan properti, dan diskon besar-besaran dari Evergrande. Kebangkrutan diprediksi membuat perlambatan ekonomi China karena sektor properti menyumbang 29% dari PDB China.

Gejolak stagflasi yang mengancam China turut mengancam perekonomian dunia karena perekonomian China terbesar ke-2 di dunia.  Tidak terkecuali pada Indonesia, karena Indonesia dan China memiliki hubungan dagang yang sangat erat. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun