Lalu sambil menikmati buah anggur yang diinginkan, mereka bercanda dan saling berpelukan serta mengucapkan syukur kepada Allah atas  anugerah yang telah dilimpahkan kepada beliau berdua.
Demikianlah salah satu  contoh pembelajaran demokratis dan berkualitas yang dilandasi  oleh niat lurus dari seorang guru.
Memberikan kebasasan berpendapat bagi muridnya untuk mencari solusi yang terbaik dengan penuh kasih sayang dan saling menghargai.
Itulah guru yang menginginkan anak didiknya menjadi orang yang berhasil, terdidik dan berakhlak mulia  tanpa mengharapkan pemberian dan tunjangan dari siapapun kecuali semata mata dari Allah yang maha pemberi.
Banyak kisah dan cerita disekeliling kita tentang guru inspiratif, yang mengabdikan dirinya sebagai pendidik. Mengharap hanya semata mata mencari keridhaan Allah SWT.
Mereka mengajarkan ilmu dengan tulus, mendidik muridnya dengan penuh kesabaran, tutur kata, sikap dan perilaku tercermin dalam aktivitas kesehariannya.
Tanggung jawab, kerja keras, disiplin dan kasih sayang ditunjukkan dengan perbuatan sebagai teladan bagi murid muridnya.
Sungguh, itulah guru yang namanya selalu hidup dalam sanubari muridnya, laksana embun penyejuk dalam kehausan muridnya, bagaikan pelita ditengah kegelapan dan namanya terukir dalam hati anak didiknya.
Demikianlah profile guru yang dirindu yang dapat membentuk generasi tangguh, berakhlak mulia dan semakin dekat dengan sang pencipta.
Akan tetapi, sungguh kita sayangkan profile yang tertulis dalam syair lagu Hymne Guru di atas semakin jarang kita jumpai.
Perubahan orientasi dari tujuan mulia sebagai pahlawan tanpa tanda jasa telah berubah menjadi tujuan harta dan jabatan semata.