Jika kita lihat perjalanan orang bijak terdahulu yang mengabdikan dirinya sebagai seorang guru, dapat dilihat dari profil lulusan peserta didik yang dihasilkan, baik secara keilmuan, sikap dan perilakunya.
Proses pembelajaran yang demokratis dan berkualitas dapat kita baca pada kisah Imam Syafi'i yang belajar kepada Imam Malik tentang masalah rizqi.
Dikisahkan bahwa suatu saat Imam Syafi' i berdiskusi dengan gurunya Imam Malik tentang bagaimana Allah memberi  rizqi kepada hambanya.
Imam Malik menjelaskan bahwa rizqi akan datang melalui jalan yang tidak disangka sangka bagi siapa saja yang bersungguh sungguh bertaqwa secara benar, Â berdoa dan berharap semata mata kepada Allah.
Sedangkan Imam Syafi'i berpendapat bahwa rizqi akan diperoleh oleh seseorang jika telah melakukan ikhtiar secara sungguh sungguh kemudian berdoa kepada agar Allah memberinya rizqi.
Dalam perjalanan pulang dari rumah Imam Malik. Imam Syafi'i melewati kebun anggur yang sedang dipanen oleh pemiliknya. Kemudian Imam Syafi'i menemui petani pemilik anggur tersebut untuk ikut membantu memanen buah anggur dengan harapan diberikan buah anggur untuk dimakan sebagai imbalannya.
Setelah pekerjaannya selesai Imam Syafi'i diberikan buah anggur yang diperoleh dari hasil kerjanya membantu petani tersebut.
Dengan perasaan senang Imam Syafii langsung membawa buah anggur tersebut untuk dimakan bersama dengan gurunya Imam Malik sekaligus ingin membuktikan pendapatnya tentang rizqi kepada Imam Malik.
Sesampai didepan gurunya, Imam Syafii dengan bangga menceritakan apa yang telah dilakukan hingga dia dapat menikmati lezatnya buah anggur bersama gurunya, yang didapatkan dari  membantu petani memanen anggurnya.
Dengan tenang sang guru mengulangi penjelasanya dan menceritakan keinginannya sambil berdoa kepada Allah agar hari ini diberikan buah anggur untuk bisa dinikmati bersama muridnya.
Ternyata Allah mengabulkan permohonanku melalui engkau wagai murid tercintaku, demikian Imam Malik menimpali Imam Stafi'i.Â