Mohon tunggu...
Reiza Patters
Reiza Patters Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Just an ordinary guy..Who loves his family... :D

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kontroversi Kretek Dalam RUU Kebudayaan dan Industri Rokok

4 Oktober 2015   02:59 Diperbarui: 4 Oktober 2015   07:18 390
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sobary mengingatkan, ada kelompok tertentu di masyarakat yang merasa paling tahu tentang persoalan rokok. Mereka ini begitu menggebu-gebu ingin mengubah hidup ratusan ribu petani tembakau yang terlibat dalam industri kretek.

“Mereka ini sok tahu. Padahal mereka yang tidak pernah mencium bau tanah. Tak pernah ikut bergelut dengan masalah keseharian petani tapi dengan gampang mengatakan, petani tembakau bisa beralih ke produk pertanian lain,” kecamnya.

Tak hanya itu, lanjut dia, ada kepentingan asing yang kasat mata untuk menelan bisnis kretek dalam negeri yang besar. Berbeda dengan para penjajah yang langsung mencaplok lahan dan menguasainya. Kepentingan asing ini, kata dia, mempengaruhi aturan untuk dibuat pemerintah berdasarkan kepentingan mereka.

Senada dengan Sobary, peneliti Pusat Studi Kretek Indonesia Universitas Muria Kudus, Zamhuri berpendapat bahwa upaya memasukkan kretek sebagai warisan budaya sebagai usaha mempertahankan budaya kretek melalui RUU Kebudayaan. Sebab, menurut Zamhuri, secara kajian ilmiah, kretek merupakan produk yang ditemukan oleh orang asli Indonesia dan memenuhi kriteria sebagai warisan budaya, seperti yang dikutip dari situs resmi RRI.

“Kita sudah meriset dengan teman teman di Fakultas ilmu budaya jurusan sejarah Universitas Gajah Mada (UGM Jogyakarta) yang hasilnya, kretek itu bisa menjadi warisan budaya tak benda,”kata peneliti Pusat Studi Kretek Indonesia Universitas Muria Kudus, Zamhuri, Senin (28/9) pagi.

Tidak hanya mendukung rencana menjadikan kretek sebagai warisan budaya, Zamhuri dengan tegas berpendapat bahwa argumen ‘merokok membunuhmu’ hanya berbasis stigma negatif dan emosional.

Gabriel Mahal, advokat dan pengamat Prakarsa Bebas Tembakau, pernah mengupas buku Wanda Hamilton “Nicotine War, Perang Nikotin dan Para Pedagang Obat” terbitan InsistPress, Jogja. Tema ini aktual, karena gerakan stop merokok mulai diperketat di tempat-tempat publik, terutama di ibu kota. Hotel, mal, fasilitas publik, sudah diintai petugas Satpol PP yang dibekali Perda Provinsi DKI, dan siap menghukum perokok.

Bloomberg pernah merilis lembaga-lembaga yang dibiayai internasional untuk meminimalisir perokok. Sampai-sampai Muhammadiyah, pada Maret 2010 yang lalu, pernah mengeluarkan fatwa haram. YLKI, Komisi Perlindungan Anak, beberapa lembaga pendidikan tinggi, pemerintah daerah, dan beberapa lembaga juga turut bersikap antirokok. Hal ini terkait dengan isu kesehatan akibat rokok yang sangat kencang sekali.

Rokok dan perokok dipandang sebagai sumber berbagai penyakit yang harus diberantas, atau setidaknya dibatasi agar tidak menyebar kepada orang lain. Gabriel menyebut angka-angka yang dirilis soal orang-orang mati konyol karena rokok itu tidak valid. Tidak ada penelitian yang meyakinkan, bahwa kematian mereka betul-betul dari rokok. Dia menyebut ada konspirasi besar, perusahaan farmasi dunia yang hendak merampas nikotin dari tembakau.

Dari sisi lain, ada petani tembakau di Temanggung, Parakan, Wonosobo, dan Madura yang was-was karena pencaharian mereka juga terancam. “Saya bangga dengan Soekarno, karena membangun ke-Indonesiaan. Saya heran, ada kekayaan hayati asli Indonesia, yang bernama tembakau, kok malah dikebiri? Ikut-ikutan memandang tembakau seperti iblis? Padahal, berapa triliun pemerintah memungut cukai dari sektor ini?” kata Gabriel.

Hamilton, peneliti independent dan pengajar di tiga universitas di AS itu memotret dengan rinci motif-motif perang nikotin itu. Agustus 2000 ada Konferensi Dunia tentang Tembakau dan Kesehatan ke-11 di Chicago. Sponsor terbesarnya, Glaxo Wellcome, Novartis, Pharmacia dan SmithKlina Beecham, perusahaan farmasi yang memproduksi “pengganti nikotin.” McNeil Consumer Products, anak perusahaan Johnson & Johnson yang memasarkan Nicotrol. SmithKline memasarkan koyok Nicoderm dan permen karet Nicorette.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun