Mohon tunggu...
Reiza Patters
Reiza Patters Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Just an ordinary guy..Who loves his family... :D

Selanjutnya

Tutup

Politik

PKI: Relativisme Label "Korban"

2 Oktober 2015   13:59 Diperbarui: 2 Oktober 2015   13:59 714
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Tak hanya itu, Taufiq menambahkan, sebelum peristiwa G30S-PKI, teror dan ancaman tidak henti-hentinya berdatangan kepada para kalangan anti komunis pada 1963 sampai 1964. Teror dan ancaman itu pun tidak pernah diangkat kepermukaan. Menurutnya, pemerintah terkesan tidak begitu memperhatikan nasib keadilan HAM umat muslim Indonesia. Serta acuh dalam menelusuri jejak-jejak sejarah untuk memperjelas apa yang sebenarnya terjadi.

Pemberontakan yang dilakukan PKI pada 1927, 1948 dan 1965 menelan banyak korban jiwa. “Ribuan nyawa melayang akibat pemberontakan PKI di Tanah Air. Mereka menyembelih dan membantai para kiai dan masyarakat,” kata Taufiq.

Beberapa sumber, lanjut Taufiq, menyebutkan komunis telah membunuh sekitar 120 juta jiwa tak berdosa di seluruh dunia. “Pemberontakan PKI yang dipimpin Muso pada 1948 juga telah membantai para kiai. Berbagai tempat ibadah, langgar maupun masjid dibakar,” jelas dia.

Pendapat Taufiq Ismail di atas, didukung oleh fakta misalnya bahwa kabupaten Magetan selama ini sudah dikenal di dunia sebagai tempat beradanya Lubang-lubang Sumur Pembantaian (Killing Holes) dan Ladang Pembantaian (Killings Fields) sebagaimana dicatat dalam buku Lubang-lubang Pembantaian: Pemberontakan FDR/PKI 1948 di Madiun ditulis Maksum, Agus Sunyoto, Zainuddin (1990); Peristiwa Coup berdarah PKI 1948 di Madiun ditulis Pinardi (1967); Pemberontakan Madiun: Ditinjau dari hukum negara kita ditulis Sudarisman Purwokusumo (1951); De PKI in actie: Opstand of affaire (Madiun 1948: PKI Bergerak) ditulis Harry A.Poeze (2011).

Sumur-sumur pembantaian dan ladang Pembantaian di Magetan itu berisikan orang-orang yang menjadi korban pembunuhan PKI. Menurut catatan dari buku-buku di atas, yang sudah ditemukan ada 7 sumur “neraka” dan 1 “Ladang Pembantaian”, yaitu:
1. Sumur tua Desa Dijenan, Kec.Ngadirejo, Kab.Magetan;
2. Sumur tua I Desa Soco, Kec.Bendo, Kab.Magetan;
3. Sumur tua II Desa Soco, Kec.Bendo, Kab. Magetan;
4. Sumur tua Desa Cigrok, Kec.Kenongomulyo, Kab.Magetan;
5. Sumur tua Desa Pojok, Kec.Kawedanan, Kab.Magetan;
6. Sumur tua Desa Batokan, Kec.Banjarejo, Kab. Magetan;
7. Sumur tua Desa Bogem, kec.Kawedanan, Kab.Magetan;
8. Satu lokasi yang digunakan membantai musuh-musuh PKI adalah ruangan kantor dan halaman Pabrik Gula Gorang-Gareng di Magetan.

Lain lagi dengan pendapat As’ad Said Ali, mantan Waketum PBNU. Beliau mengatakan bahwa sejarah telah dibalik. Menurutnya, PKI juga telah bertindak sebagai pelaku kekejaman, namun diubah menjadi pihak yang menjadi korban kekejaman para ulama dan TNI. Dia menambahkan bahwa PKI membuat berbagai manuver melalui amnesti internasional dan mahkamah internasional, termasuk Komnas HAM. “Karena mereka pada umumnya tidak tahu sejarah, maka dengan mudah mempercayai pemalsuan sejarah seperti itu. Akhirnya kalangan TNI, pemerintah dan NU yang membela diri dan membela agama serta membela ideologi negara itu dipaksa minta maaf, karena dianggap melakukan kekejaman pada PKI,” tulisnya seperti yang dikutip dari laman resmi PBNU.

Mantan Rais Syuriyah PBNU, KH Saifuddin Amtsir mengatakan bahwa untuk memahami dan membuktikan sejarah kekejaman Partai Komunis Indonesia (PKI) yang berlangsung pada 1948-1965 tak cukup hanya bermodalkan buku teks sejarah. Menurutnya, kini sedang terasa ada pemutarbalikan sejarah dari PKI sebagai pelaku kejahatan menjadi korban yang patut dikasihani, seperti yang dikutip juga dari laman resmi PBNU.

Menurutnya, buku-buku sejarah yang tersedia banyak tak sesuai dengan realitas yang ia alami. Padahal, ia melihat secara langsung bagaimana ganasnya PKI melakukan pembantaian dan makar. Rumah kiai asal Betawi ini bersebelahan dengan pemimpin-pemimpin utama kebrutalan PKI. Karena itu, Saifuddin merasa heran dengan bantahan para mahasiswa seputar sejarah PKI yang hanya berpegang pada buku sejarah yang ditengarai sengaja melakukan pembelokan. “Lho ente kan baca buku. Saya kan ngelihat. Tahun 60-an itu udah rame di Jakarta,” ujarnya.

Beberapa daftar kekejaman PKI yang dikutip dari beberapa sumber, yang sebagian besar masih memerlukan verifikasi sejarah (dikutip dari laman Kompasiana Indra Wibisana):
1. Raden Mas Tumenggung Ario Soerjo (Gubernur Soerjo), tanggal 10 September 1948 dibunuh di hutan Peleng, Kedunggalar, Ngawi oleh pihak yang tidak diketahui, bersama dua orang perwira polisi dalam perjalanan dari Yogyakarta ke Surabaya dan jenazahnya ditemukan tiga hari kemudian. Pihak PKI adalah pihak yang dituduh melakukannya.

2. Pembantaian di daerah Madiun dan sekitarnya tanggal 17-21 September 1948
• Desa Soco, Kecamatan Bendo, Kabupaten Magetan. Berdasarkan data pada Monumen Soco, korban jiwa pada lokasi ini (Sumur 1) berjumlah 108 orang.
• Masih di Desa Soco, Kecamatan Bendo, Kabupaten Magetan, dijumpai sebuah lokasi lagi (Sumur 2) yang berisi 22 jenazah.
• Dusun Batokan, Desa Banjarejo (sekarang Desa Batokan, Kecamatan Banjarejo), sedikitnya tujuh korban jiwa.
• Desa Cigrok, Kecamatan Kenongomulyo, Kabuparen Magetan, 22 korban jiwa. Desa Kepuh Rejo, setidaknya 2 orang.
• Desa Nglopang, Kecamatan Parang, Kabupaten Magetan, korban jiwa berjumlah 12 orang dijumpai pada dua lubang terpisah.
• Dusun Dadapan, Desa Bangsri terdapat 10 korban jiwa.

3. Kawedanan Ngawen, Blora, 20 September 1948, 24 polisi ditawan dan 7 orang polisi dibunuh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun