Mohon tunggu...
Yudo Adi
Yudo Adi Mohon Tunggu... -

Diluar sangkar

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Hana Risa Suba IV

3 Oktober 2011   22:12 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:22 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Raito menjadi sedikit rajin beribadah, selalu memasang tampang cerianya, senyumnya mulai mengembang, berbeda dibanding sebelumnya.

Gadis itu Hana namanya, seorang gadis seumuran Raito dan Olan, mempunyai rambut asli coklat bergelombang terlihat rapi dengan bando yang selalu menempel menata rambut kepalanya, parasnya yang cantik dengan warna kulit yang kuning, berbibir sedang, bermata sayu dengan tulang dahi yang sedikit tinggi, sedang tumbuh menjadi seorang wanita muda yang kalem, agamis, dan cantik. Olan dan Hana berangkat bersama dan akhirnya juga berkenalan dengan sohibnya Olan, Raito. Setelah itu, mereka bertiga sering bersama. Raito pun menunjukkan coretan-coretan kertasnya kepada Hana juga.

Ketika bermain tenis, Hana juga membantu Olan dan Raito memunguti bola. Olan yang ketika itu masih saja tak terampil bermain tenis tetap menemani Raito bermain. Ketika Raito memukul bola dengan keras Olan selalu memukul balik bola itu hingga terlempar jauh dari garis lapangan menuju langit.

Kau pikir ini baseball!!”

Sindir Raito kala itu. Olan pun menimpali,

Itu pukulan home run Rit!”

Jawab Olan seakan mengiyakan sindiran Raito.

Olan dan Hana hanya menjadi penonton ketika Raito bermain dengan para bapak yang hobi bermain tenis hanya untuk menyegarkan badan. Raito selalu tak memberi ampun para orang tua itu. Smash kerasnya menghunjam lapangan, slice-nya membuat bola tak terpantul ketika menyentuh tanah, spinnya membuat pantulan bola lebih cepat dan tak terjangkau oleh para orang tua itu.

Salah satu dari bapak itu adalah Pak Eko. Dia melihat talenta besar di Raito muda dan selalu mengundangnya mengikuti klubnya dan turnamen junior daerah walau itu selalu ditolak Raito dengan alasan izin tak keluar dari orang tuanya.

Hari demi hari berlalu. Tak serasa setahun berselang semenjak mereka bertiga bersama yang itu artinya mereka semua kelas IX. Tak seperti Olan yang sudah berganti-ganti kekasih saat itu, sementara Raito tak pernah peduli atau mengajak bicara seorang gadis walau yang didepannya adalah gadis muda menawan, dia tetap akan diam tanpa menatap gadis itu, kecuali kepada Hana.

Satu-satunya gadis yang bisa membuat Raito tersenyum setiap bertemu dan Raito selalu saja mengomentari bando dikepalanya yang membuat Raito mengenali kalau itu adalah Hana. Karena kebersamaan yang sering itu, muncul perasaan berbeda di hati Hana kepada Raito yang diutarakan kepada sepupunya, Olan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
  19. 19
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun