Mohon tunggu...
Yudo Adi
Yudo Adi Mohon Tunggu... -

Diluar sangkar

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Hana Risa Suba IV

3 Oktober 2011   22:12 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:22 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pagi harinya, saat sekolah dimulai, Olan dan Hana diantar oleh ibunya. Raito yang biasanya bersama mereka pun berangkat sekolah sendiri.

Hana yang mengubah dandanannya menjadi lebih alim dengan berjilbab tertutup ternyata disambut dengan baik oleh teman-teman sebayanya yang juga berjilbab. Mereka merasa Hana lebih cocok seperti ini daripada dahulu dengan pakaian yang sedikit terbuka.

Namun, berbeda dengan Raito yang melihat Hana dengan pakaian tertutup ini seperti melihat orang asing. Ketika mereka berpapasan pun Raito tak bertegur sapa apalagi bercanda. Hana yang masih memendam rasa ke Raito tak bisa menyembunyikannya kekecewaannya terhadap sikap Raito. Kekecewaan itu dilampiaskan ke Olan sepupunya.

Olan kemudian menjelaskan ke Raito kalau anak yang berjilbab baru di kelas itu adalah Hana. Orang tua Hana yang membelikan seragam baru itu untuk mengubah image Hana gara-gara insiden ciuman dengan Raito yang terlihat ibunya waktu itu.

Raito mengaku kepada Olan kalau dia hanya bisa mengenali sepupunya dari bando dan rambut coklatnya sehingga tak bisa mengenali bila kedua hal itu tertutupi. Tak ada tanda-tanda Raito berkeinginan meminta maaf kepada Hana untuk insiden tempo hari.

Hari-hari setelah itu berlalu dalam keadaan yang datar. Hana selalu dijemput oleh kedua orang tuanya sehingga waktu bermainnya bersama Olan dan Raito jauh berkurang.

Tak hanya itu, Raito sekarang agak canggung ketika berdekatan dengan Hana yang berpakaian tertutup rapat. Entah selama sekolah ataupun ketika bermain di tempat Olan.

Sedikit polemik ini teratasi dengan aksi dari Olan dengan silat lidahnya yang menjelaskan kepada tantenya kalau Raito itu anak baik-baik. Hal yang tak sepenuhnya salah memang. Mengingat sebetapa akrabnya Raito dengan Olan yang diketahui oleh tantenya juga. Akhirnya Raito diterima di keluarga besar Olan dan diperbolehkan bermain bersama Hana di dalam rumah mereka.

Olan juga menyuruh Raito dan Hana memproklamirkan hubungan mereka sehingga tak terjadi hal-hal yang tak diinginkan dan hubungan mereka jelas dimata keluarga. Mereka pun memproklamirkan hubungan itu cinta masa muda itu didepan keluarga sehingga tak ada yang tertutupi lagi. Seluruh anggota keluarga tertawa melihat kegugupan Raito ketika menyatakan cintanya ke Hana di depan ayah, ibu hana dan ibu Olan. Memang, pernikahan masih jauh, tetapi paling tidak hal itu memperjelas keadaan waktu itu.

Hubungan keduanya berlanjut sampai sma ketika mereka bersekolah di sekolah yang sama lagi. SMA Bethoven II. Tak lupa juga Olan yang masih sering gonta-ganti pacar selama sma sampai tak terhitung lagi jumlahnya. Sementara itu, Raito jadi rajin beribadah, rajin mengaji bersama Hana tentunya. Raito juga tak sedingin dahulu lagi. Ia bergaul dengan siapa saja dengan perasaan antusias meskipun dari segi jumlah, kawan Raito kalah banyak dibanding kawan Olan. Tak lupa juga ia masih berlatih tenis dan juga mengisi berbagai kertasnya dengan tulisan bersama Olan dan Hana walau tak ikut turnamen junior apapun.

Hubungan dengan Hana pun semakin intens walau keduanya tak bersentuhan satu dengan yang lain. Hal ini berlanjut sampai Raito lulus dari Mechanical University of Suba sebagai sarjana mesin dan langsung diterima bekerja di Perusahaan Automobil Jepang sebagai engine checker (pengecek/pengawas) dan Olan yang tak melanjutkan kuliah tetapi menjadi Artis karena keinginannya dan juga wajahnya yang rupawan didukung dengan tinggi tubuh 180cm membuatnya tahan lama sebagai artis. Sementara itu Hana juga lulus dari Akademi Keperawatan di kota Suba juga. Diterima sebagai perawat di Rumah sakit di pusat Kota Suba.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
  19. 19
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun