Mohon tunggu...
Yudo Adi
Yudo Adi Mohon Tunggu... -

Diluar sangkar

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Hana Risa Suba IV

3 Oktober 2011   22:12 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:22 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Siapa?” Hana mengulangi pertanyaannya dengan suara lebih keras dan raut muka lebih cemas.

Orang itu sepupu sohibku, dia menemaniku di hujan yang dingin ini saat ini.”

Hana terdiam terbengong, Raito lalu berusaha mencium bibir Hana. Bibir mereka bersentuhan. Bersamaan dengan itu mobil mercedes benz hijau melewati jalan yang tergenang air dan cipratan air itu mengenai kedua insan yang sedang beradu bibir itu. Mereka basah dengan cipratan itu.

Raito memandang mercedes itu dan dengan seksama melihat seorang ibu didalamnya melotot melihatnya di balik jendela. Hana yang tersadar kembali menjauhkan wajahnya dari Raito, menamparnya pelan dengan tangan kirinya. Lalu berlari di tengah hujan deras itu. Raito terbengong sambil memegangi pipinya yang tertampar. Dia tidak mengejar Hana, tapi melanjutkan perjalanan pulang dengan langkah perlahan. Seperti sedang menikmati momen ciuman pertamanya dengan memegangi bibirnya sendiri.

Hana sampai didepan pagar rumahnya. Ia melihat mercedes benz yang baru lewat tadi terparkir di carport rumahnya. Hana masuk rumah, pintu terbuka.

Mama!!”

Ucap Hana sedikit kaget. Terlihat oleh Hana Ibunya berdiri melihatnya dengan tatapan tajam, lalu menamparnya,

Apa yang kau lakukan dengan anak lelaki tadi?”

Kata mamanya membentak. Hana merunduk tak menjawab sambil memegangi pipinya.

Mama lihat tadi, masih smp saja kamu mau diajak ciuman. Apalagi kalau sma nanti!”

Suara mama Hana makin keras.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
  19. 19
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun