Saat ini, sambil sesekali menonton videomu di sosial media :
Aku masih membayangkan kita bermain badminton dengan mas menjadi patnerku.
Masih membayangkan sesekali kita bertemu disebuah caf meski tidak sering pun tak apa.
Masih membayangkan mas memimpin organanisasi dengan ketenangan yang luar biasa.
Masih membayangkan keinginan mas untuk menjadi kaya, lalu berani meminang seseorang.
Masih membayangkan mas pulang, kesini. Di jogja menemuiku.
Atau setidaknya mengirim pesan seperti biasanya.
Meski begitu kali ini aku mengaku ikhlas tanpa syarat. Bayangku akan pudar, akan ada kamu dikemudian waktu yang aku tidak tau dalam wujud apa. Akan ada kamu di kemudian masa yang mungin sekarang aku tidak tau akan begitu baik memberikanmu space dihatiku.
Aku tidak menjamin wujud itu akan mirip seperti dirimu, yang jelas aku berjanji akan lebih baik dalam berkomunikasi, akan lebih baik dalam memperhatikan orang-orang yang ada di sekelilingku dan yang aku sayang. Aku berhutang kesadaran kepadamu, berhutang temu sambil membacakan tahlil.
Aku tidak tau atas dasar apa aku merindu, tidak pula mengerti atas dasar apa aku menemui dan bertemu keluarga. Semua pihak tidak mengerti, aku sendiri tidk mengerti karena memang kau tak pernah sedikit saja menyatakannya. Atau pada yang lain?
Entah kapan aku akan selesai bertanya.