"banyak pikiran"
(dua masalah lain yang tidak dapat aku sebutkan)
Lalu kita melanjutkan chating, mas Asam Lambung dan pembahasan kami tidak jauh dari itu. Mas juga berencana akan pulang ke kampung halaman karena rindu dengan keluarga.
Perlu diketahui, aku sejahat duri yang menusuk nadi. Dalam membalas pesan yang seharusnya iba itu aku sibuk menyandang menyadarkan diri bukan siapa-siapa, untuk apa seperhatian ini?
Riau, september 2023
Seorang teman yang sama mengirimkan screenshot kondisi mas yang berbaring di rumah sakit, lebih kurus dari terakhir kali aku mendapat foto mas terkahir kali PAP wajah dengan seorang teman. Kurus, tapi ini sudah tidak bisa disebut kurus lagi. Tubuh itu tinggal tulang-belulang aku tidak dapat menjabarkannya, sungguh memprihatinkan. Aku bermaksud pulang ke Jogja dalam waktu dekat, nanti turunnya di Surabaya yang kemudian dapat menjengukmu dirumah sakit. Tapi itu tidak terjadi.
Waktu itu, isi kepalaku hanya penyesalan, andai aku tidak menghapus nomermu, andai aku memperhatikaamu, andai aku baik dan tidak egois, andai aku sadar lebih cepat bahwa cinta tidak selalu tentang mendapatkan dan tidak selalu tentang memiliki. Ah lagi lagi aku fokus kepada diriku sendiri. Doa saja aku hampir tak ingat. Tuhan, aku mengkhianati perasaanku sendiri. Padahal jelas-jelas kita sempat chatingan dan membahas tentang kondisinya yang memang sudah sakit. Tuhan, tuhan beginikah moral seorang yang mengaku mencintainya.
Jogja, 5 september 2023
Aku sampai di Jogja, berharap mas sudah pulang dari rumah sakit, namun postingan IG mas masih dirumah sakit. Aku memutuskan untuk mengirim pesan terlebih dahulu.
Tuhan, apa terus begini caranya menanggapi pesan para wanita. Dia sakit, tapi masih membalas dengan cepat. Segera ku tepis pikiran-pikiran jahat itu. Aku menanyakan kabarnya yang memang sedang tidak baik-baik saja tergambar jelas dari bentuk fisikinya. Sambil membayangkan ia berbaring di rumah sakit, teringat kala kami bertemu untuk pertama kalinya, tidak melalui laman chating, di sebuah acara yang dilaksanakan oleh organisasi kami, dia menyapaku lebih dulu. Kala itu, aku sedang duduk dikursi deretan depan tapi dibelakang, ada space untuk lalu lalang tamu atau orang yang akan masuk. Kamu menyapaku, dengan menendang kakiku, ah bodoh sekali. Aku kira kamu adalah lelaki dengan tipu daya terbaik, ternyata tidak juga, saat itu mas terlihat sangat canggung. Akupun tidak kalah bodoh, tidak menanyakan apapun, malah tersenyum kikuk, ah tuhan dua manusi bodoh ini tidak menyertakan rasionalitasnya.
 " HB, masih di rs" begitu pesan masuk darimu membalas pesanku.