Mas, aku benar benar mencari tiket kereta ketika itu juga, hanya saja aku tertinggal satu minggu materi perkuliahan setelah pulang ke riau, aku mengurungkan niat, bermaksud akan menemuimu ketika semua urusan sudah selesai. Akhirnya aku hanya mengucapkan doa dan semangat, "aku tunggu ngerjain tesis bareng di Jogja". Aku egois dan bodoh. Aku parah.
Tidak konsenterasi seperti biasanya saat mengerjakan tugas, tapi nyatanya aku hanya membuka dan menutup leptop sambil sesekali melihat room chating di whatssap "ruang" kita. Beberapa kali mas mengirim PAP, terakhir kali mas mengirim foto,mengabarkan kalo pakde meninggal dunia setelah dirawat di rumah sakit dua minggu, pesan itu lima bulan yang lalu sebelum akhirnya aku benar-benar menghapus nomermu. Aku tidak terlalu peduli kejadian itu karena fase ini aku menyadari bahwa aku bukan siapa-siapa, aku bukan satu-satunya. jelasnya aku sibuk meminta arti kedekatan ini. Tapi lagi, aku menyalahkanmu yang tak kunjung memberi, padahal mas memang begitu pada semua wanita kan? Atau tidak? Aku sibuk menyulut emosiku sendiri. Terhapus.
Ketika waktu itu sempat chating perihal kondisinya. Aku membacanya sambil menangis. Tuhan kenapa kau ciptakan aku hanya untuk egois dengan tidak memperhatikan kondisinya. Engau ciptakan aku dengan sangat tidak manusiawi, aku menjawab pesan itu formalitas pada umumnya pun perhatian itu tidak berlangsung lama dan tidak membuatku melakukan apa-apa. Lagi, aku sibuk menuduhmu memberikan informasi ini pada orang lain juga selain aku, pada perempuan lain juga. Menuduhmu meminta belas kasih. padahal Kalo memang iya lantas kenapa? Dari pada menggiring pikiran kesana aku seharusnya memperhatikanmu dengan khusus tidak peduli ada yang lain, tidak peduli itu siapa. Mempedulikanmu akan lebih baik saat mengenangmu sepert saat ini. Sepertinya tidak ada yang lebih bodoh dari wanita sepertiku. Mengaku cinta, meminta arti, tapi aku sendiri yang menodainya.
Beberapa chating, memberitahukan aktifitas-aktifitas yang kalo tidak dilakukan orang yang benar-benar kuat tidak akan semua dapat diselesaikan setiap harinya dengan baik. Ck, dibulan Agustus kamu mengirimkan sharelock lokasi memberitahuku kalo sekarang sudah mulai ngekos didaerah tempatku tinggal, katamu karena lebih dekat denganku tapi aku tau itu bercanda, karena tempat kerjamu pun dekat dari sini. Aku membalas pesanmu, masuk lagi PAP kamar kos yang berantakan penuh dengan barang-barang. Kamu memintaku untuk membantumu membereskannya karena sibuk tidak sempat beres-beres. Aku datang ke kos di kemudian hari membereskannya. Sementara mas kerja. Tidak ada keanehan hanya barang-barang milik laki-laki pada umumnya.
(chat lain) Kita pernah janjian bertemu disalah satu caf dengan dalih mengerjakan tugas bareng, dalih: nyatanya kita tidak benar-benar mengerjakan tugas kuliah. Aku juga tidak mengerti, yang terfikir hanya, asik. Ya begitu. Jelas begitu. Tuhan, dia baik. Mas mau mendengarkan aku bercerita tanpa menyela sedikitpun, tidak menggurui tidak juga egois menceritakan kesibukan mas sendiri. Mas sangat tenang dalam memberi masukan, sangat menyenangkan lagi duduk disana berdua saja. Aku benar-benar mebayangkan akan banyak waktu seperti ini. Sayangnya, pertemuan ini ternyata tidak untuk diulang.
Selebihnya chating-an kita hanya janjian badminton, rutinan olahraga yang membuat kami bertemu setidaknya satu minggu sekali. Banyak video mas sedang bermain. Sesekali kita menjadi patner main yang payah, ya karena aku mendominasi kekalahan ketidak tanggapanku dalam mengambil kok (shuttlecock). Mas sungguh lelaki yang sopan, aku jarang mengambil bola yang jatuh, tidak pernah pula mas menyuruhku mengambil kok yang jatuh meski itu didekatku dan kesalahanku. Bermain tanpa menyentuh saat memberiku kok karena giliranku men-servis membuatku yakin ia lelaki yang baik. Ia ahli menangkis bola, tubuhnya mndukung untuk menjadi seorang atlet badminton ketahuilah tubuhnya tinggi, badannya profesional tidak kurus juga tidak gemuk, ia bersih, rapih dan putih. Semua orang past menyetujuinya.
29 September 2023, bojonegoro
Tuhan sangat baik, tapi dengan mengaku ikhlas aku tak kuasa. Tidak ada yang baik-baik saja mendengar kabar duka. Aku meraung mas, sesak.
Beberapa teman dekat mengucapkan belasungkawa, pada apa saja yang kau tinggalkan disini. Aku ingin kesana mas, menemuimu. Mencium tanah tempat barumu, selagi masih basah. Mendoakan keberkahan dan keluasan kuburmu. Mengikrarkan kebaikan-kebaikan yang mas tuai saat di dunia. Kemudian kesempatan itu tidak datang kepadaku. Aku memilih mencintai diriku lagi. Â
Suatu hari tulisan ini menjadi saksi, jika allah berkenan aku ingin menemuimu, membacakan tahlil, membisikkan kata yang seharusnya aku ucapkan saat kau masih disini. Mengakui keberadaanmu adalah nyata dan membahagiakan. Kau definisi baik yang semua orah paham akan itu dan seperti yang kebanyakan wanita mau (lagi). Tidak ada yang sempurna, tapi aku berani menepis cacatmu. Perihal wanita, aku pikir akan lebih baik menganggapnya juga teman sepertiku.
Jogja 25 Oktober 2023