Model Access-Based merupakan model yang memanfaatkan kapasitas cadangan (spare capacity) karena beberapa aset tidak dimanfaatkan secara penuh.Â
Dalam model ini, perusahaan penyedia platform akan menyediakan aset yang nyata maupun tidak nyata, yang disediakan oleh penyedia platform maupun organisasi mitra. Karena konsumen hanya akan mengakses barang/jasa tersebut saat mereka membutuhkannya, nilai tambah dalam model ini terciptakan berdasarkan aksesibilitas dan fleksibilitas dari penyediaan aset antara perusahaan dan pengguna (Barbu et al, 2018).Â
Salah satu contoh perusahaan Access-Based adalah Get Pony, perusahaan penyewaan mobil yang meletakkan mobilnya di tempat-tempat strategis di sebuah kota. Konsumen dapat menyewa serta mengakses mobil dari aplikasi, menggunakannya, dan meninggalkannya dimana saja.
Selanjutnya, model Ekonomi Marketplace merupakan sebuah model yang menghubungkan penawaran dengan permintaan, dimana interaksi antara pemilik serta pengguna di otomasikan oleh platform (Barbu et al, 2018).Â
Model ini menciptakan disrupsi karena penawaran baru yang diciptakan merupakan saingan bagi sektor-sektor konvensional yang mengalami kelebihan kapasitas. Harga-harga rendah yang dapat ditawarkan lantas mengalihkan permintaan dari penyedia jasa konvensional ke penyedia jasa berbasis sharing, mengakibatkan turunnya pendapatan bagi para penyedia jasa konvensional.Â
Dalam model ini, nilai tambah terciptakan melalui partisipasi transaksi pasar yang lebih cepat dan aman. Perbedaan model ini dari model Access-Based merupakan adanya hubungan tiga arah antara perusahaan, penyedia jasa, serta konsumen di model ini. Sebagai contoh, Airbnb merupakan salah satu bisnis dengan model Marketplace yang paling dikenal.Â
Terakhir, model bisnis Jasa On-demand merupakan model yang menyediakan jasa-jasa konsumer-sentris, dimana jasa akan 'datang' ke konsumen pada waktu dan tempat yang mereka tentukan. Penyedia serta pengguna jasa dalam model ini merupakan individu yang dicocokkan oleh platform, di mana setiap pelaku memiliki kesempatan untuk mengevaluasi satu sama lain melalui sebuah sistem rating (Barbu et al, 2018). Grab dan Gojek merupakan salah satu perusahaan yang memenuhi kriteria ini.Â
Permasalahan
Permasalahan pertama merupakan keamanan finansial para pekerja. Dalam ekonomi berbagi, hubungan antara penyedia jasa serta perusahaan merupakan kemitraan. Penyedia jasa diklasifikasikan sebagai kontraktor independen sehingga mereka tidak menerima Jaminan Sosial Ketenagakerjaan. Permasalahan ini mungkin lebih kentara bagi model bisnis On-demand, dikarenakan minimnya investasi yang diperlukan untuk berpartisipasi sebagai mitra, relatif terhadap model lainnya.
Sebagai contoh, untuk menjadi mitra Airbnb, seorang individu harus menjadi pemilik properti. Data dari Colliers (2018) menunjukkan bahwa harga lahan apartemen per meter persegi di daerah non-prima Jakarta sudah mencapai Rp 25,3 juta. Ukuran modal yang diperlukan model bisnis ini mengimplikasikan bahwa mitra-mitranya merupakan individu dengan pendapatan relatif tinggi. Bandingkan dengan individu-individu yang menjadi mitra Gojek.Â