Mohon tunggu...
HIMIESPA FEB UGM
HIMIESPA FEB UGM Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Himpunan Mahasiswa Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada

Himpunan Mahasiswa Ilmu Ekonomi (HIMIESPA) merupakan organisasi formal mahasiswa ilmu ekonomi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada DI Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Circular Economy, Menelisik Tulang Punggung Sistem Ekonomi Masa Depan

21 Desember 2018   13:48 Diperbarui: 21 Desember 2018   18:39 1227
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Oleh: Yusuf Fajar Mukti (Ilmu Ekonomi 2017) dan Sisilia Juliana Hanamaria (Ilmu Ekonomi 2016)

Perpindahan energi yang terdapat di alam umumnya dikenal dengan istilah rantai makanan, yang diakui oleh para ilmuwan sebagai sistem yang sangat efisien dikarenakan hampir tidak ada energi yang terbuang dalam prosesnya. Pada dasarnya, circular economy bertujuan untuk meniru sistem tersebut, yaitu untuk menciptakan sistem ekonomi yang efisien dan berkelanjutan serta mengurangi eksternalitas negatif. 

Oleh karena itu, circular economy penting untuk diimplementasikan di masa depan oleh seluruh negara di dunia. Selain itu, sistem ini juga dapat menciptakan keuntungan ekonomi. Menurut penelitian dari Uni Eropa, sistem circular economy dapat menciptakan keuntungan ekonomi tahunan sebesar 600 miliar euro untuk sektor manufaktur saja. Jika dikaitkan dengan perekonomian global, maka setidaknya akan terdapat keuntungan ekonomi sebesar 1.000 miliar dolar AS setiap tahunnya. 

Mekanisme Circular Economy 

Circular economy bertujuan untuk mempertahankan fungsionalitas dan nilai dari seluruh barang-barang yang bergerak di dalam suatu ekonomi. Oleh karena itu, dibentuk suatu sistem 'aliran barang tertutup' yang dapat mempertahankan utilitas barang pada level yang tinggi di setiap saat. Sistemnya dijelaskan pada diagram nilai sebagai berikut:

Sumber : www.ellenmacarthurfoundation.org
Sumber : www.ellenmacarthurfoundation.org
Secara umum, terdapat dua jenis sumber daya yang bergerak dalam suatu ekonomi: sumber daya alam yang dapat diperbarui dan yang tidak. Sumber daya yang dapat diperbarui meliputi air, dedaunan, kayu, dan hewan (organik/biologis), sedangkan sumber daya yang tidak dapat diperbarui meliputi besi, aluminium, plastik, dan baja (anorganik/technical). 

Kedua sumber daya tersebut mempunyai alokasi yang terpisah di dalam siklus. Barang-barang anorganik umumnya akan mendapatkan empat perlakuan setelah dikonsumsi atau dimanfaatkan nilai gunanya, yaitu: Pertama, perawatan (maintain/prolong) adalah usaha untuk mempertahankan nilai fungsional barang melalui perbaikan berkala, tentunya selama masih dalam fase kerusakan yang ringan. Kedua, dengan  digunakan ulang (reuse) selama komponen dan daya pakainya masih memungkinkan untuk dimanfaatkan. Hal tersebut dapat dilakukan dengan sistem menyewakan (rented), penggunaan bersama (sharing), dan meminjamkan. 

Kemudian yang selanjutnya adalah yang ketiga, melalui diolah ulang (refurbish) apabila tidak memungkinkan untuk digunakan kembali. Pada tahap ini, biasanya permintaan berasal dari pabrik pengolahan barang jadi yang membutuhkan bahan baku untuk pembuatan produknya. Keempat, mendaur ulang (recycle), yaitu menyalurkan kepada pabrik pembuatan bahan baku mentah (raw materials). 

Pada tahap ini, barang yang sudah dalam kondisi buruk dan tidak memungkinkan sebagai bahan baku akan diolah kembali menjadi barang baru. Sedangkan untuk residu sumber daya yang dapat diperbarui (organik/biologis) secara umum akan diolah menjadi unsur yang berguna untuk kelangsungan biosfer dan ekosistem, seperti misalnya menjadi gas di atmosfer, unsur hara tanah, energi terbarukan, dan pupuk. Pengolahan pada barang organik meliputi penguraian oleh mikroorganisme (anaerobic digestion), pembakaran, dan penghancuran.

Implementasi Circular Economy di Indonesia

Sampah elektronik atau e-waste (electronic waste) merupakan masalah yang sangat memprihatinkan. Jumlahnya selalu mengalami kenaikan tiap tahun, salah satu penyebabnya adalah semakin terjangkaunya harga barang-barang elektronik dari tahun ke tahun. 

Pada tahun 2016 misalnya, dari total jumlah 44,7 juta ton e-waste yang terabaikan di seluruh dunia, 435 ribu ton di antaranya dihasilkan oleh limbah ponsel pintar atau smartphone. Dari jumlah tersebut, tercatat hanya 20% dari total keseluruhan sampah elektronik yang diolah secara benar, sedangkan 80% sisanya tidak jelas statusnya (Bald et al, 2017). Dampak dari hal tersebut tentunya adalah masalah lingkungan dan kesehatan yang cukup serius. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun