Mohon tunggu...
HilmyAnis
HilmyAnis Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Senang membagikan berbagai tulisan sebagai sarana untuk bertukar pikiran dan opini.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sayapku Patah

4 Februari 2024   21:00 Diperbarui: 4 Februari 2024   21:10 181
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Sayang, tidur itu di kasur," ucap ibunya dengan lembut sambil mengusap kepalanya.

"Hm? Iya Bu," balas Melisa yang masih setengah tertidur. 

"Nulisnya besok lagi yuk, sini ibu temenin sampe tidur," ujar ibunya menuntunnya ke kasur lalu berbaring disampingnya. Melisa adalah anak bungsu dan ketiga kakaknya sudah berkuliah di luar kota, wajar jika perhatian ibunya teralihkan padanya semua.

"Tapi Bu, lusa harus sudah selesai," balas Melisa dengan nada bicara yang rendah dan mata yang tinggal lima watt.

"Besok kan masih ada, besok ibu bantu," bujuk ibunya sambil mengelus rambut panjangnya.

Malam itu Melisa tentram sekali. Tertidur dalam dekapan ibu adalah hal yang akan selalu ia rindukan. Tempat pulang dari segala macam kehidupan dunia. Tidak ada yang bisa menggantikan rasa nyaman dan kasih sayang yang penuh ini.

Kesibukan Melisa terus berlanjut hingga pengumpulan karya tulis. Namun rasa cemasnya berlanjut hingga tanggal pengumuman tiba. Jantungnya berdetak lebih kencang ketika ia membuka web pengumuman tersebut. Ia terus memanjatkan doa agar harapannya terwujud. Dengan tangan yang gemetar ia memencet ikon tersebut. 

Seketika jantungnya terhenti. Warna merah mendomisi layar laptopnya. Matanya melotot tidak menyangka hal itu akan terjadi. Bak petir di siang bolong, otak Melisa tak sanggup memproses dan menerima kejadian itu. Dengan lemas, air matanya mulai menetes membasahi pipi putihnya. Harapannya pupus begitu saja. Segala usaha yang telah ia pejuangkan terpatahkan oleh warna merah. 

Ia langsung melemparkan dirinya ke atas kasur. Ia menangis tersedu-sedu hingga bantalnya basah. Seakan dunia runtuh semua. Ibunya yang mendengar suara tangis langsung membuka pintu kamarnya. Ibunya langsung mengelus kepalanya lembut.

"Kamu kenapa sayang?" tanya ibunya khawatir.

Melisa tidak sanggup menjawabnya, ia kembali menangis dengan nafas yang semakin terisak-isak. Karena tidak mendapatkan jawaban pasti dari Melisa, ibunya melihat laptopnya yang masih menyala. Dengan penuh warna merah dan tulisan "maaf anda tidak lolos", ibunya sudah mengetahui apa yang menjadi Melisa menangis itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun