Perbincangan kiai dan murid itu berlangsung lama, Kiai Munir menginginkan Taufiq untuk segera menuntut ilmu keluar negeri. Santri mana yang tak senang dengan perintah kiai tersebut. Tapi yang membuat Taufiq bingung saat ini Kiai Munir menginginkan ia menikah sebelum pergi belajar ke Timur Tengah terlebih Kiai Munir sudah menyiapkan seorang ustadzah untuk nya.
***
Malam itu tiba, Taufiq dibawa ke ruangan tengah di kediaman Kiai Munir. Ruangan itu Kiai munir gunakan jikalau ada salah satu dari santrinya ingin melakukan nazhor. kini Yang perlu Taufiq siapkan adalah kata penolakan untuk perjodohan itu, ia bingung bagaimana ia bisa berganti hati dan mencintai wanita lain sedangkan hatinya masih bergantung pada wanita 5 tahun lalu, wanita  yang selalu ia nantikan di ujung gerbang pesantren, pertemuannya dengan Najah saat membuat Ogoh-ogoh juga masih teringat hingga sekarang, pelan-pelan kenangan itu melayang. Peti yang sudah lama tertupup rapat itu tiba-tiba dipaksa untuk terbuka kembali. Bagaimana cara menolak perempuan pilihan kiai. Kalau ia menolak ia akan menyakiti hati kiai, jika ia menerima maka Taufiq juga akan merasa kasihan dengan calon istrinya, terlebih sebab ia masih mencintai Najah. Tapi bukankah seperti konsep jodoh kadang memang tidak selalu tentang yang kita inginkan, karena manuasia hanya bisa berencana tapi Allah lah yang menentukan.
"Assalamualaikum," ucap seseorang wanita membuka pintu.
"waalaikum salam. Eh," ucap Taufiq seketika terhenti.
Perlahan perempuan itu meletakkan minuman tepat di depan Taufiq lalu berangsur pergi. Bagai di terjang ombak meskipun hanya sebentar ia yakin pasti itu Najah. Ya, tidak- salah lagi meskipun sudah 3 tahun tidak memandangnya dari jauh. Tepatnya ketika Najah dikirim ke Mesir
"Bagaimana...ustadz," ucap Kiai Munir memecah lamunan Taufiq.
"Euuu...permisi kiai, apa yang bagaimana..," ucap Taufiq.
"Ustadzah yang ingin saya nikahkan sama ustadz itu yang membawa minuman tadi," jawab Kiai Munir menjelaskan.
Taufiq merasa sangat senang. hampir saja ia menampar mukanya sendiri, untuk memastikan bahwasanya ini bukan bunga mimpi. Bagaimana bisa, perempuan yang selalu ia amati dari jauh, Ia jaga dalam doa di setiap sepertiga malam. Kini telah siap menjadi pendampingnya, terlebih lagi Kiai Munir yang menjodohkannya. Apapun itu, semua akan indah pada waktunya bukan.
"Sami'na wa atokna Kiai" ucap Taufiq sedikit malu