Mohon tunggu...
Hilmi TaufiqulMutohar
Hilmi TaufiqulMutohar Mohon Tunggu... Penulis - pria asal negri sejuta warung kopi

gak suka makanan pedas

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cinta Seorang Santri

28 Mei 2024   15:52 Diperbarui: 28 Mei 2024   16:01 171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.sarungatlas.co.id/post/article/benarkah-cintamu-cinta-sejati

"yahhh.....hilang," ucap Taufiq dalam hati. Melihat perempuan yang sedari tadi mencuri pandangannya, ternyata sudah pergi entah kemana.

Ya, perempuan itu. Perempuan yang selalu membuat Taufiq seakan penasaran akan kehadiranya, untuk mengetahui namanya saja sangat susah bahkan nyaris nihil, karena pesantren ini terpisah oleh dua gerbang yang saling berjahuan serta dipisah dengan aliran sungai yang membuatnya terasa terpisah jauh.

***

Malam berhias bulan serta taburan bintang meramaikan suasana malam hari itu, suara ketokan palu, deritan pisau yang menyentuh bambu serta gergaji yang terus beradu dengan kayu balok sepanjang 2 meter. Para santri pun sibuk dengan kerjaannya masing-masing ada yang membuat obor, menata panggung begitu juga Taufiq yang sedang membuat Ogoh-ogoh hal itu mereka lakukan agar dapat meramaikan malam Hari raya Idul Adha dua hari lagi.

Dari sisi ujung pesantren teletak disebelah  sungai, sebuah rumah panggung bertempelkan kayu jati serta terdapat beberapa lukisan asmaul husna dan potongan ayat Al-Qur'an tertempel didinding. Terdengar suara Kiai Munir pemilik pondok tersebut sedang melantunkan beberapa ayat Al-Qur'an. Memang benar kata orang, malam hari adalah malam yang indah untuk mendekatkan diri kepada sang Rabbi. Lihatlah kiai itu mulutnya sibuk melantunkan ayat Suci, lembaran demi lembaran tak terasa terbalikkan begitu saja tanpa ada rasa letih atau pun bosan. Maka pantas saja jika tidak ada yang mampu untuk menandingi satu ayat saja di dalam Al-Qur'an seperti Musailamah Al-kadzab pada zaman itu.

"Mbak Najah," ucap salah satu tangan kanan Bu Nyai Rafida istri dari Kiai Munir.

"ya, Ning ada apa," jawab Najah seraya membalikan badannya, yang ternyata telah bediri di depannya Warda salah satu dari keempat anak Kiai Munir.

"itu kan di depan ada santri putra sedang gotong royong untuk persiapan malam idhul adha, tadi ibu bilang untuk sediain minuman dan gorengan untuk anak-anak," ucap ning Warda.

"oke, Ning," jawab Najah.

"oh ya...kalau sudah selesai jangan lupa main ke kamar ya kita belajar bareng lagi, sama gorengan nya udah disediain kok, kamu ajak satu orang buat nemenin kamu," ucap Warda menambah kan.

"ok Ning, nanti Najah ke kamar, tapi Ning jangan curhat lagi ya," ucap Najah menjaili Ning nya tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun