Mohon tunggu...
Hilman Idrus
Hilman Idrus Mohon Tunggu... Administrasi - Fotografer

√ Penikmat Kopi √ Suka Travelling √ 📷

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Lebih Dekat dengan Abd Rauf Wajo, Pribadi yang Humble dan Dekat dengan Mahasiswa

30 Agustus 2024   16:25 Diperbarui: 30 Agustus 2024   16:30 256
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Abd Rauf Wajo lahir di desa Ona Kepulauan Sula, 2 Februari 1979, dari pasangan almarhum Baco Daeng Marolla dan almarhumah Hj. Zukiah Binti Dulhadji. Kedua orantuanya bekerja sebagai petani, sehingga dalam menempuh pendidikan dasar hingga perguruan tingi menghadirkan kisah yang penuh dengan kesulitan dan rintangan.

Jika teman-teman seusianya di sekolah dasar kala itu menempuh pendidikan dengan wajah dalam balutan senyum, lantaran memiliki orang tua yang dengan status ekonomi yang berkecukupan, berbeda dengan sosok Abd Rauf Wajo, ia mengenyam pendidikan dasar sambil berjualan roti dan pisang goreng.

Ia memilih menjalani proses belajar di sekolah sambil mengais rupiah, karena menaruh harap dan selalu melangitkan do'a agar Allah Swt selalu limpahkan rezeki yang berkah demi bisa melanjutkan studi ke jenjang SMP.

Lantaran kondisi kesehatan sang bapaknya kurang prima, karena telah berada di usia senja, sehingga biaya sekolah sepenuhnya ditanggung oleh sang ibu dari hasil jualan gorengan di rumah.

Sadar bahwa sebagai anak petani, sekolah sambil berjualan merupakan pilihan terbaiknya kala itu, sehingga walaupun sempat mendapat sindiran dari teman-teman sebaya di sekolah, namun tak sedikitpun menyurutkan semangatnya.

"Bapak saya waktu itu setelah operasi mata, sehingga tidak lagi bekerja di kebun, ia lebih konsentrasi sebagai imam di masjid, sehingga sekolah sambil jualan roti dan pisang goreng saya jalani sepanjang menempuh pendidikan dasar, dan tidak ada rasa malu  sedikit pun yang terlintas di benak saya, walaupun kerap disindir oleh teman-teman saya kala itu," kenang Abd Rauf, Rabu (14/8/2024).

Kisah perjalanan menempuh pendidikan dasar pun berkelindan dengan menjalani masa studi di jenjang sekolah menengah pertama (SMP) Swasta di desa Kabau Sulabesi Barat, Kabupaten Kepulauan Sula. Jika sekolah dasar berdekatan dengan rumahnya, berbeda dengan SMP, ia harus menempuh perjalanan kurang lebih 7 KM pulang pergi dari rumah ke sekolah.

Ketika itu, pulang pergi ke sekolah dengan jarak yang lumayan jauh dan menguras energi, membuat ia tetap bersemangat menimbah ilmu. Kondisi sulit ini merupakan ujian kesekian kalinya dan menjadi tantangan bagi dirinya. Sebab, teman-temanya bepergian ke sekolah naik sepeda, sementara dirinya terpaksa harus mengatur langkah demi langkah hingga mencapai ke sekolah.

Kondisi ini, memang menempa dirinya untuk mengerti bahwa kesulitan dalam menempuh pendidikan, harus disikapi dengan kuat dan sabar, serta selalu menghidupkan ketabahan untuk tidak bermalasan menimbah ilmu. Terlebih, ia sejak kecil terdidik tabah dan tidak banyak protes, untuk itu walaupun tidak miliki sepeda seperti teman-temannya, namun ia bisa terus-menerus tersenyum optimis dengan situasi yang ia alami kala itu.

Walaupun begitu, pulang pergi ke sekolah dengan jarak yang lumayan jauh, membuat sang bapaknya merasa trenyuh dengan kondisi tersebut, sehingga memutuskan agar ia harus tinggal bersama salah seorang keluarga bernama Hi. Basyirun Apal di desa Kabau.

Keputusan yang diambil sang bapaknya agar ia merasa nyaman dan tidak terbebani dengan suasana yang ia hadapi setiap hari, yakni berjalan kaki sambil menyaksikan teman-temanya asyik mengayuh sepeda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun