Di titik inilah, jiwa kepemimpinan seorang Abd Rauf Wajo mulai terasa dengan baik, hingga mendorongnya menjadi aktivis kala itu resmi menimbah ilmu di sekolah tinggi agama Islam negeri (STAIN) Ternate.
Ia mengisahkan, kepedulian sang ibu terhadap dunia pendidikan juga sangat tinggi setelah melihat ia begitu bersemangat menimbah ilmu. Sehingga, sang ibunya terpaksa harus berusaha sekuat tenaga demi ia meraih impiannya. Menggondol ijazah SMK.
"Periode SMK, saya mulai mengerti bahwa hidup harus dipandang sebagai arena untuk berjuang, terlebih ibu saya memberi dukungan yang utuh demi saya meraih sukses di bangku SMK," kenangnya.
Jutru itu, walaupun dengan keterbatasan biaya, ia sadari bahwa do'a orangtua begitu kuat untuk mendobrak segala macam rintangan yang ia hadapi selama menempuh pendidikan di SMK YPS Sanana hingga dapat menuntaskan pendidikan dan menghadirkan senyum kebahagiaan di wajah kedua orantuanya serta kakak-kakakanya, yang setiap saat selalu melangitkan harap dan do'a untuknya.
Setelah menamatkan pendidikan di SMK YPS Sanana, tak sedikit pun terlintas dalam benaknya untuk melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi. Lantaran, ingin mewujudkan impian orangtua, ia harus berlayar ke kota Ternate.
Di kota rempah inilah, ia terdorong untuk mengikuti seleksi menjadi anggota kepolisian, namun sayangnya, nasib baik belum memihak, gagal lolos. Gagal menjadi anggota kepolisian, dan di waktu yang sama, kala itu Indonesia mengalami transisi kepemimpinan pasca lengsernya presiden Soeharto memberi angin segar.
Tak kala presiden BJ Habibie menggulirkan kebijakan bagi anak muda untuk masuk ke dunia perguruan tinggi tanpa dipungut biaya pendaftaran. Untuk itu, salah salah kerabatnya dari Sanana yang terlebih dahulu menjadi mahasiswa di STAIN Ternate hadir sebagai "Malaikat" yang menolongnya.
Sang kerabat tersebut bernama Hamsia Umasugi, dial ah yang membantu mendaftarkan nama Abd Rauf Wajo di kampus STAIN Ternate. Karena masih belum paham perihal dunia perguruan tinggi, kala itu ia memilih pada program diploma 2 (D2).
Namun, oleh sang kawannya tersebut, ia disarankan untuk pindah ke jurusan Muamalah, dengan alasan, agar linier dengan jurusan Manajemen Pemasaran di SMK YPS Sanana.
"Jadi, masuk kuliah kala itu tanpa biaya sepersen pun, dan saya tinggal bersama salah seorang keluarga di dekat SMAN 5 Ternate di kelurahan dufa-dufa, komplex parang panjang," ujarnya.
Selain itu, suami dari Mariam Baranuddin ini, mengungkapkan bahwa sejak masuk kuliah hingga berada di semester V, pihak keluarnya di kepulauan Sula tidak tahu perihal ia telah resmi menjadi mahasiswa di STAIN Ternate.