Ketokohan Agama yang Kuat
Terjadinya inflasi dan hancurnya ekonomi Iran dijadikan sebagai senjata utama kaum agama untuk mempengaruhi masyarakat bahwa semua ini terjadi karena jauhnya Iran dengan perintah-perintah agama.
Jauh sebelum inflasi terjadi, tokoh-tokoh agama Islam di Iran sudah sering memperingatkan masyarakat akan bencana yang akan terjadi jika kekukasaan shah langgeng di Iran. Terbuktinnya peringatan itu menjadi dorongan baru bagi masyarakat untuk melakukan Revolusi.
Ayatollah Khomeini, tokoh tinggi agama Islam Iran, yang berada dalam daftar buronan shah, berpindah-pindah pengungsian. Hampir serupa dengan apa yang terjadi pada Habib Rizieq Shihab.Â
Dipuja oleh pengikutnya, Tersangkut pidana di negaranya. Setelah dirasa tidak aman di tempat persembunyiannya di Irak, Khomeini pun memutuskan untuk mengasingkan diri ke Prancis.
Dari tempat yang jauh, Khomeini masih bisa memberikan propaganda-proganda terhadap shah kepada pendukung setianya di Iran yang semakin hari semakin bertambah.
1979, pasca jatuhnya Shah, 98,2 persen rakyat Iran menjawab "Ya" untuk pilihan dengan satu pertanyaan: "Apakah monarki digantikan oleh sebuah Republik Islam?".
Membangun Sebuah Republik Islam
Hal pertama yang dilakukan oleh Khomeini adalah mendirikan Dewan Revolusi dan komite-komite revolusi seantero negeri dengan masjid sebagai pusat kegiatannya. Kebijakannya yang paling besar adalah Revolusi Kebudayaan. Dikutip dari tirto.id oleh Windu Yusuf:
"Sebelum revolusi, orang minum di depan umum dan berdoa di kamar. Setelah revolusi, orang berdoa di depan umum dan minum di kamar," demikian pepatah yang populer beberapa tahun setelah Republik Islam Iran berdiri.
Revolusi kebudayaan ini benar-benar merubah kehidupan sosial dan budaya Iran. Dari yang tadinya kebarat-baratan diklaim menjadi lebih Islami.