Mohon tunggu...
Hilman Darmasetiawan
Hilman Darmasetiawan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya mengikuti lintasan para shufi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Psikoterapi perspektif Imam Abu Hamid al Ghazali

26 Desember 2024   23:30 Diperbarui: 26 Desember 2024   23:42 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Hakikat emosi dalam perspektif Al-Ghazali adalah gejolak dalam hati yang cederung mengarah kepada dendam. Al-Ghazali menyatakan bahwa gejolak dalam hati berupa emosi ini harus senantiasa berada dalam posisi seimbang (al-I’tidal), yaitu dengan melakukan training untuk memperkuat dorongan emosi apabila dirasa emosi yang muncul cenderung melemah (al-Tafrith), misalnya sifat kurang percaya diri atau rendah diri, dan menguranginya apabila dirasa emosi yang muncul cenderung menguat (al-Ifrath) yang mengakibatkan kepada hal-hal bersifat negatif (fawakhish) seperti iri dan dengki.[12] Usaha untuk mengendalikan emosi dimaksud adalah melalui riyadhah al-nafs.

Usaha untuk dapat menyeimbangkan emosi melalui riyadhah al-nafs ini didasarkan atas pemahaman Al-Ghazali tentang al-nafs  yang menyatakan bahwa dalam al-nafs mengandung makna ghadab (emosi) dan syahwat (hasrat). Dalam konteks tasawuf kedua term tersebut memiliki makna negatif yang berbeda dengan pemaknaan al-nafs sebagai hakikat manusia (latifah). Dalam perspektif ini terdapat tiga tingkatan sesuai dengan keadaan hati (qalb), yaitu al-nafs al-mutmainnah, al-nafs al-lawwamah, dan al-nafs al-ammarah bi al-suu. Urutan ini menggambarkan hirarki dari tinggat tertinggi hingga tingkat terendah.

Kondisi hati dalam tingkat tertinggi yaitu di mana eksistensi manusia berada pada posisi al-nafs al-mutmainnah berada dalam keadaan tenang dan tentram serta terhindar dari sikap gelisah yang diakibatkan oleh adanya berbagai macam ambisi manusia. Keadaan manusia pada tingkat ini merupakan kepribadian supra kesadaran manusia. Hal tersebut disebabkan karena kepribadian manusia pada tahap ini merasakan ketenangan dalam menerima keyakinan fitrah manusia (ruh al-munazzalah) di alam arwah dan kemudian dilegitimasi oleh wahyu ilahi. Kondisi hati dalam tingkat ini tercermin dari perilaku manusia yang memilki keimanan, keyakinan, ikhlas, sabar, tawakal, jujur, berani, dan segala bentuk perilaku yang bermotivasi pada teosentris.

Lebih lanjut Al-Ghazali menjelaskan bahwa kalbu yang mendominasi kepribadian mutmainnah tersebut mampu mencapai ma’rifat melalui zawq (cita rasa) dan kasyf (batin manusia).[13] Adapun Ibn Khaldun menyatakan bahwa ruh kalbu itu disinggahi oleh ruh akal yang secara substansial dapat mengetahui kondisi di alam amar. Namun demikian, potensi tersebut tidak dapat tercapai diakibatkan oleh adanya penghalang pada penginderaan. Apabila penghalang tersebut hilang maka ia dapat menembus pengetahuan alam amar tersebut.[14]

Apabila seseorang dalam kondisi gelisah pada dasarnya ia berada dalam kondisi berseteru dengan emosi (ghadab) dan nafsu (syahwat). Situasi hati dalam keadaan tersebut menurunkan peringkat hati dalam tingkatan kedua, yaitu hati dalam posisi al-nafs al-lawwamah. Dalam kondisi semacam ini pada dasarnya seseorang telah berupaya untuk meningkatkan kualitas dirinya yang telah dibantu oleh nur kalbu namun watak gelapnya ikut memengaruhi dalam pembentukan kepribadian sehingga ia menjadi bimbang. Kondisi ini pada akhirnya akan muncul pada tiga kemungkinan, yaitu pertama, tertarik pada watak gelapnya yang berarti ia berada pada kualitas terendah. Kedua, berada pada posisi netral yang artinya perilaku yang dilakukan tidak bernilai buruk atau bernilai baik. Ketiga, lebih didominasi oleh nur kalbu sehingga ia bertaubat dan berusaha memperbaiki kualitasnya.

Apabila kondisi perlawanan al-qalb dengan emosi dan hasrat lebih didominasi oleh emosi (ghadab) dan nafsu (syahwat) maka nafs turun peringkat yang paling rendah yaitu al-nafs al-ammarah bi al-suu. Perilaku ini cenderung pada prinsip-prinsip hedonistik (pleasure principle). Sesungguhnya kondisi ini berada pada kondisi di bawah sadar manusia dan ia tidak lagi memiliki identitas manusia yang sesungguhnya karena nilai-nilai fitrah manusianya telah hilang.

Kondisi ini menggambarkan bagaimana emosi (ghadab) menguasai daya kalbu manusia. Ibn Maskawaih dan Al-Ghazali menyatakan bahwa “apabila daya ghadab mencapai puncaknya maka ia mampu mencapai keberanian (al-syaja’at). Keberanian merupakan keutamaan nafsu ghadab yang dikendalikan oleh akal (al-nathiqat).[15]

Konflik dan Macam-macamnya

Konflik terjadi akibat dari adanya dorongan yang timbul bersamaan yang kemudian dihadapkan pada beberapa alternatif pilihan. Al-Ghazali memandang bahwa konfilk terjadi di saat kondisi hati berlawanan dengan kebaikan (ammarah bi al-su’). Pemahaman ini terlihat dari pandangan Al-Ghazali tentang fitrah manusia dan struktruk kepribadian sebagaimana telah dijelaskan di atas.

Pemahaman konflik juga dialami oleh Al-Ghazali dalam perjalanannya menuju tasawwuf sebagaimana dia tulis pada karyanya al-Munqidz min al-Dlalal. Dalam karya tersebut tergambar bagaimana konflik batin yang dirasakan al-Ghazali saat itu dalam pilihannya antara karir dan dorongan hati untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt melalui meditasi (‘Uzlah). Melalui metode tersebut (‘uzlah) Al-Ghazali mampu meredam dan menetralisif konflik batinnya dan sekaligus mampu mencapai aktualisasi diri (transendensi ilahi).

Dengan demikian konflik sebagai bagian dari psipatologis terjadi di saat adanya dorongan ke sisi duniawi dan dorongan menuju kehidupan ukhrawi di sisi lain. Psipatologis ini dapat mengakibatkan kepada penyimpangan fitrah manusia yang pada akhirnya dapat menghilangkan identitas kemanusiaannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun