Mohon tunggu...
Hilma Nuraeni
Hilma Nuraeni Mohon Tunggu... Penulis - Bachelor Degree of Public Education University of Ibn Khaldun Bogor

Saya baru saja menyelesaikan pendidikan sarjana di Universitas Ibn Khaldun Bogor jurusan Pendidikan Masyarakat. Saya tertarik pada bidang pelayanan, project manajemen, writing dan marketing. Pengalaman kerja terakhir saya sebagai Customer Support Intern di PT. Cloud Hosting Indonesia selama 1 tahun, dan sebagai Marketing Research Intern di GPS United Insurance selama 5 bulan. Ketertarikan saya terhadap bidang penulisan juga telah mengantarkan saya untuk bisa menjadi seorang copywriter di Kompasiana yang menerbitkan artikel, puisi, cerpen, maupun fakta-fakta menarik seperti tips dan trik selama masa perkuliahan.

Selanjutnya

Tutup

Love Artikel Utama

Marriage is Scary: Mengapa Semakin Banyak Perempuan Takut untuk Menikah?

4 Agustus 2024   08:45 Diperbarui: 5 Agustus 2024   18:19 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi oleh RODNAE Productions dari Pexels 

Kesetaraan dalam hubungan merupakan isu besar dalam banyak pernikahan. Banyak perempuan khawatir bahwa pernikahan dapat memperkuat peran gender tradisional yang tidak sesuai dengan aspirasi mereka.

Di beberapa budaya, perempuan masih diharapkan untuk lebih banyak mengurus rumah tangga dan anak-anak, sementara pria fokus pada karier dan penyediaan finansial.

Kekhawatiran ini menjadi nyata ketika perempuan merasa bahwa peran mereka dalam pernikahan mungkin tidak seimbang atau tidak diakui dengan adil. 

Misalnya, banyak perempuan yang memiliki ambisi karier merasa tertekan untuk menyisihkan cita-cita mereka demi memenuhi ekspektasi peran tradisional di rumah tangga.

Tanpa adanya kesetaraan dalam pembagian tanggung jawab, pernikahan bisa menjadi sumber stres dan ketidakpuasan.

3. Masalah Kesehatan Mental dan Emosional

Menikah juga membawa berbagai tantangan kesehatan mental dan emosional yang tidak selalu terlihat di luar. Tekanan untuk memiliki pernikahan yang ideal---seperti yang sering digambarkan dalam film atau media sosial---dapat menyebabkan stres yang besar. Perempuan sering kali merasa tertekan untuk memenuhi standar-standar tersebut, yang bisa mengganggu kesejahteraan emosional mereka.

Apabila pernikahan tidak berjalan sesuai harapan atau mengalami masalah serius, dampaknya terhadap kesehatan mental bisa sangat besar.

Masalah dalam pernikahan, seperti perselisihan, konflik yang tidak terselesaikan, atau bahkan kekerasan rumah tangga, dapat memperburuk kondisi mental dan emosional seseorang. Kesehatan mental yang buruk ini bisa berdampak pada seluruh aspek kehidupan, dari pekerjaan hingga hubungan sosial.

4. Pengalaman Buruk dari Lingkungan Sekitar

Pengalaman negatif yang diceritakan oleh orang terdekat atau yang dilihat di media sosial dapat memperkuat rasa takut terhadap pernikahan. Banyak perempuan menyaksikan bagaimana pernikahan di lingkungan sekitar mereka berakhir dengan masalah serius atau bahkan perceraian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun