Kisah-kisah tentang konflik, perselingkuhan, atau ketidakbahagiaan dalam pernikahan sering kali menjadi bahan diskusi di media sosial, menciptakan gambaran yang menakutkan tentang sebuah pernikahan.
Kisah-kisah ini sering kali menjadi contoh konkret dari apa yang bisa terjadi dan memberikan rasa ketidakpastian yang mendalam tentang apakah pernikahan akan berhasil.
Melihat orang-orang di sekitar mengalami masalah dalam pernikahan dapat memperkuat rasa takut dan lebih memilih untuk tidak menikah sama sekali.
5. Kekhawatiran terhadap Peran Tradisional dan Budaya Patriarki
Di banyak budaya, termasuk di Indonesia, pernikahan sering kali dihubungkan dengan peran tradisional yang sangat kental dengan budaya patriarki. Budaya patriarki yang masih kuat di Indonesia sering kali menempatkan perempuan dalam posisi yang kurang setara dalam pernikahan.
Ekspektasi untuk menjadi ibu rumah tangga yang sepenuhnya berfokus pada keluarga, serta beban tambahan untuk memenuhi standar sosial tentang kesempurnaan pernikahan, sering kali menjadi kenyataan yang menakutkan bagi banyak perempuan.
Budaya patriarki ini tidak hanya membatasi kebebasan perempuan tetapi juga menciptakan ketidakadilan dalam pembagian tanggung jawab di rumah tangga.
Banyak perempuan merasa tertekan oleh norma-norma yang mengharapkan mereka untuk mengutamakan peran dasar mereka, sementara pria sering kali tidak mendapatkan beban tanggung jawab yang sama.
Hal ini bisa membuat pernikahan terasa seperti sebuah kemunduran dalam hal kesetaraan gender dan bisa menyebabkan rasa takut serta keraguan dalam mengambil langkah untuk menikah.
Mengatasi Ketakutan
Ketakutan terhadap pernikahan adalah hal yang wajar dan bisa dipahami. Namun, penting untuk diingat bahwa pernikahan bukanlah sesuatu yang harus diterima secara sembarangan atau dengan beban berat di pundak.