Mohon tunggu...
Hilda Nurhayati
Hilda Nurhayati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hobi membaca mendengarkan musik dan sesekali menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Journey of Love

12 Juni 2024   22:57 Diperbarui: 12 Juni 2024   23:08 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerbung. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Yuri B

           Part 1 : untuk orang yang kucinta

Pagi hari itu rasanya cukup panas, bukan karena cuaca tapi karena aku melihat dia dengan teman sekelasnya tertawa saat baris di lapangan upacara. Ingin rasanya aku berlari dan menariknya menjauh dari gadis itu tentunya tidak bisa. Memangnya aku ini siapa?, hanya bulu ayam yang tersapu oleh angin dari peternakan. 

"Heh bebek, itu bibir udah maju sampe lime senti senyum lah dikit" mataku menatap tajam ke arah dea, temanku yang baru saja berucap. 

"Yang bener lima, es kul kul bahasa masa gak bisa nyebut lima" timpal azkia, teman sebangku dea yang sudah bergabung ke lapangan.

"Ekskul ya, yang benar ekstrakurikuler yah..yuk bicara dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar sebagai bentuk menghargai sumpah pemuda" tawaku pecah saat indah datang dan mengoreksi ucapan teman-temanku.

"Oh iya ndah, terima kasih sudah membenarkan ucapan saya yang salah"  jawab dea, yang langsung ditimpali oleh indah. 

"Kaya bicara sama guru ya, pake saya" aku hanya menggeleng dan merapihkan barisan saat ketua osis memberi arahan bahwa upacara siap di mulai. 

Setelah selesai dengan upacara bendera, tubuhku langsung menoleh ke arah dia yang masih dikerubungi oleh gadis sekelasnya.

"Aduh panas yah..aduhh kebakar" sindir indah yang menyenggol bahuku.

"Apa sih, liat tuh kakakmu ngegodain dede gemes lagi" balasku dan sukses membuat indah langsung berlari untuk menegur kakaknya. 

"Udah yuk ke kelas" ajak dea, sehingga  aku dan  azkia mengikutinya sampai ke kelas. 

Pelajaran pertama dan kedua selesai. Seperti biasa kami pergi ke kantin. Dan mataku otomatis melirik ke setiap bangku kantin untuk mencari sosok yang menjadi salah satu motivasi ke sekolah selain menambah ilmu dan tuntutan wajib  12 tahun sekolah. 

Rasanya matahari yang cukup menyengat kulitpun tidak terasa saat melihat wajah tersenyumnya saat memberikan uang kepada penjual. Rasanya ingin jadi penjual saja.

"Apa aku jual gorengan di kantin ya" ucapku tanpa sadar dan membuat ketiga temanku menatapku aneh. 

"Kamu?, jualan? Gak mungkin deh nyalain kompor aja sambil jerit ini mau bikin gorengan" ucapan indah selalu benar, dan itu sukses membuatku tertawa canggung. 

"Eh run, ada event tahu" ucap azkia yang tiba tiba muncul. 

"Tahu?. event tahu apa eh, tahu isi apa tahu crispy? Atau segala per-tahuan?" balas dea yang sedang memainkan handphonenya.

"Tahu woyy bukan tahu makanan" balas indah yang membuat wajah dea mengerucut  kecewa. 

"Event apa?, jualan prakarya?" Tanyaku, azkia menggeleng dan menunjukkan poster berisi 'hati hati dengan hatimu siapa tahu ada yang ingin singgah' 

"Dih...event apaan tuh?, kalau dari sekolah kayaknya gak mungkin deh" balas indah dan aku mengangguk setuju. 

"Dari luar, toko eskrim langganan kita bikin event, lumayan ajang confess. Yuk ikutan." Ajak azkia. Aku menatap poster itu dengan penuh minat. 

"Enggak ah, gebetan aku gak suka eskrim percuma dong" ucapku, saat mengingat raka tidak pernah datang ke toko eskrim ataupun membeli sesuatu yang manis kecuali roti isi selai kacang. 

"Suka kok" aku tersedak saat mendengar suara samar yang sangat aku kenal. Dan mataku menoleh ke arah raka yang berbeda empat kursi dari tempatku. 

"Eh?, dia denger apa lagi ngobrol sama temannya?" Tanyaku, dan teman-teman ku malah tersenyum jahil. 

"Cieee..apakah akhirnya ternotice?" Goda teman-temanku dengan kompakmya. 

"Diem ih malu, nanti dikira caper" kataku dengan pelan saat melihat beberapa murid menatap ke arah kami.

"Emang kan?" Jawab dea tanpa rasa bersalah. Dan akhirnya membuat kita tertawa dan melanjutkan makanan kami. 

Saat pulang sekolah, mataku kembali tertuju ke arah parkiran, dan melihat raka sedang bersiap mengeluarkan motornya. 

"Runa, tutup mata sini" ucapan indah membuatku bingung.

"Kenapa?, lagi melihat masa depan nih" balasku dengan nada menggoda. 

"Tutup, udah tutup aja..atau enggak pulang aja ayok udah" tambah dea yang terlihat panik dan azkia yang menarik tanganku keluar dari gedung. 

"RAKA SETIA PURNAMA, AKU SUKA KAMU JADI PACARKU YAHH!!"  Langkahku terhenti saat mendengar suara yang sangat aku kenal di radio sekolah. Suara milik  ara, siswa populer sekaligus berprestasi di jalur akademik. Semua siswa dan guru  keluar dan seketika suasana menjadi bising  setelah mendengarnya ucapan gadis pemberani itu.

"Runa pulang yuk" ucap dea lirih, sekarang aku paham kenapa mereka ingin aku pergi tapi kenapa mereka menyuruhku menutup mata bukan telinga?.

"Woahhhhhhhh" teriakan itu membuatku menoleh ke arah raka, hatiku rasanya diremas kuat saat melihat dengan bangganya ara memeluk raka. Rasanya aku ingin menangis..aku memang akan. Aku menatap ke arah mereka hingga mataku bertemu sorot mata raka. Tanpa pikir panjang aku tersenyum dan kemudian bertindak seolah tidak terjadi apa-apa. 

Sejak kejadian itu, aku perlahan menjauh dari raka meskipun  awalnya kami juga tidak dekat. Aku mencoba menghindar dari tempat dimana ada kemungkinan raka ada untuk memastikan bahwa ini hanya cinta sesaat lagipula dia sudah pasti bersama ara. Aku terus menghindar namun rasa itu tetap ada bahkan hingga hari kelulusan tiba, semua orang diminta untuk menuliskan kalimat bagi orang yang spesial selama di sekolah. Aku menahan senyum  geli namun tetap menulis kalimat yang selama ini aku pikirkan di kertas yang diberikan anggota panitia kelulusan. 

'untuk orang yang kucinta, semoga bahagia dengan siapapun pilihanmu. Tidak masalah jika itu bukan aku, asal kamu bisa tersenyum dan tertawa seperti biasanya, aku bisa menahan perasaan tak berbalas ini. Aku mencintaimu dari sejak kita bertemu di gerbang sekolah pada hari pertama kita menginjak sekolah ini hingga suatu saat aku menemukan penggantimu. Sampai jumpa atau mungkin selamat tinggal?'

pada akhirnya aku tertawa kecil, geli saat membaca kembali surat itu dan  melipatnya sebelum mencoba mencari keberadaan raka untuk melihat wajah itu dan meninggalkan auditorium. 

"Mencari siapa?" Mataku membulat, saat aku menoleh ke belakang dan Raka menatapku dengan senyuman manisnya. 

"Ah..indah, dia kemana ya haha" balasku canggung, dan menatap ke depan. 

"Kamu memberikan surat itu kepada siapa?" Aku mengabaikan suara taka, karena berpikir dia berbicara dengan temannya yang lain. 

"Runa, aku nanya kamu" hatiku berdebar dan keringat mulai bercucuran tanda kepanikanku melanda.

"Mang apuy" ucapku canggung, dan sukses membuat raka tertawa.

"Saking enaknya soto mang apuy kamu jadi membuat surat untuk dia?. Lucu tahu" ucap raka dengan senyumnya yang melebihi gula. 

"Haha enak memang, kalau kamu siapa?" Tanyaku supaya tidak terlihat Canggung.

"Ada..deket banget tapi terasa jauh" jawabnya dan membuat pikiranku terhenti seketika. 

"Aku?" Tanyaku refleks sebelum  akhirnya berdeham dan mengibaskan tangan.

"Gak mungkin, haha. Dah.. selamat tinggal sukses ya raka semangat" tambahku buru buru dan segera pergi dari auditorium setelah memberikan kertasku pada panitia. 

Waktu berlalu begitu cepat, hingga tanpa terasa aku sudah memasuki kampus dan menyandang status mahasiswa bukan siswa lagi. Tidak ada yang berbeda, perasaanku masih sama terhadap raka, tapi hidup akan terus berjalan dan aku akan terus bergerak. Biarlah jika memang hatiku masih terpaku padanya saat ini..aku hanya perlu menunggu apakah kami akan dipertemukan kembali atau asing tidak pernah bertemu..

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun