" Haha, Mas gini ya. Yang pertama aku bukan model, kedua aku g suka difoto, ketiga...",
"Ya aku kesini mau cari bunga, buat bahan photoshot di studio ku. Kebetulan ini kartu namaku, aku tukang photo yang sedang menawarkan kamu jadi model produk jualan mamaku", Jefri memberikan sebuah kartu identitasnya.
"kenapa tidak ibu Aira langsung?" tanya Syifa memastikan.
"Aku dapat alamat ini dari orang kantor waktu acara mamaku itu. Masih ingat kan? Dan aku butuh model yang masih remaja. Supaya yang bisa menggunakan kerudung karya mamaku bukan cuma orang dewasa saja", Â Jefri mencoba menjawab dugaan yang terlihat ada kecurigaan dari perempuan di depannya.
"Aku masih sekolah dan aku penjaga kebun ini. Biasanya mama yang ngurus kalau untuk acara tapi waktu itu mama lagi g enak badan".
"Its ok, aku baru lulus tahun ini kok, umur kita g selisih banyak pula. Jadi seru kan?".
Terdengar suara gelas pecah dari dalam rumah, Syifa berlari masuk ke dalam meninggalkan jeffri, sedangkan Jefri ragu-ragu untuk ikut masuk. Selama ditinggal Syifa, dirinya kembali memotret bunga-bunga yang ada di kebun tersebut.Dirinya melihat beberapa lukisan yang sangat indah. Satu persatu dipotret oleh dirinya hingga tanpa sadar, Syifa kembali.
"Sorry tadi mendadak aku tinggal. Lagi motret lukisan-lukisan ini ya?", tanya Syifa
"Iya, bagus-bagus. Seperti lukisan ayahku. Beliau alumni sekolah seni", Ujar Jeffri tanpa Syifa bertanya.
Membahas tentang sosok ayah, Syifa teringat dengan laki-laki yang dilihatnya saat didepan rumahsakit. Apakah benar laki-laki yang dilihatnya saat itu adalah bapaknya Jeffri, dan mengapa bisa ada persamaan ayah jeffri dan ibunya untuk mampu melukis dengan bagus. Tidak hanya itu, Syifa dan Jeffri langsung akrab karena membahas lukisan dan menjelaskan tentang bunga-bunga yang sedang tumbuh.
"Syifa, ini siapa?", tanya ibunya karena ada laki-laki bersama anaknya.