Mohon tunggu...
Ana
Ana Mohon Tunggu... Lainnya - Perangkai kata

Menemani anak salah satunya juga mengajarkan bersikap sebagai manusia

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tentang Kita yang Tak Pernah Terlupa

11 September 2020   20:06 Diperbarui: 11 September 2020   20:09 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hujan bulan Januari lebih lebat dari biasanya. Sepulang kerja yang tersisa tinggal satu stel pakaian basah. Nami memandang dengan wajah berkerut.

"Haduuh ... tas basah lagi. Mudah-mudahan isinya selamet, mana ada file perusahaan di situ," keluh Nami.

"Kalo capek biar Anto yang cuci, Ma!" seru anak keduanya dari ruang TV.

Nami menoleh. Anak keduanya itu  memang lebih perhatian dari yang lain.

"Kamu jangan TV terus diplototin. Belajarnya udah belum, Dek?"

"Hehehe ... bentar lagi, Ma. Gho Han lagi rame nih," ujar anak bungsunya.

Nami geleng-geleng kepala. Melangkahkan kaki menuju kamar. Lalu, merebahkan tubuhnya yang penat. Sepertinya belum lama Nami memejamkan matanya. Seketika terdengar ketukan di pintu kamar.

"Mama ...." Suara Lili, anak pertamanya.

"Ya Sayang, masuk aja. Mama belum tidur, kok!"

Pintu terbuka. "Ma ... ada Ayah."

Nami terhenyak sesaat. "Ayahmu?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun