Setiap pagi suara musik dangdut selalu terdengar dari arah sebuah warung burjo, bagi anak indekos, suara musik dangdut tersebut selalu di identikan pada aa maman.Â
Penjual makanan di warung burjo ini setiap pagi tak lepas dari  musik dangdut yang di putar.
Kadang musik dangdut di putar mendatangkan tawa bagi anak-anak  yang sering ke burjo.
Judul lagu begitu unik mula dari KPK, Miskol, aku bisa pie, sampai gantung aku di monas, satu jam saja, sampai  lagu jarang di belai.
"lagunya ini ada-ada aja" salah satu pengunjung bergumam.
Bagi maman, lagu dangdut merupakan penglaris warung. Bukan doa-doa yang menjadi penglaris warungnya. seperti sering di temukan pada warung-warung makan lain.
Kata seorang temannya, maman dulu pernah bercita-cita menjadi penyanyi dangdut, tapi karena suaranya pas-pasan dia harus ikut tetangganya ke jogja.
Dulu maman selalu mengikuti setiap lomba nyanyi di setiap perayaan tujuh belasan, tetapi suaranya selalu berakhir dengan cemohan dari orang-orang.
Saat pertama kali ikut bos ke jogja, maman mulai menemukan bakat di dunia kulinear. Ternyata dia lebih pandai memasak dari pada menyanyi.
Awalnya warung burjo masih sepi dari pengunjung, hal tersebut membuat maman mencari ide agar warung ramai di kunjungi orang-orang.
Dari situ maman mulai mengumpulkan uang dari hasil upahnya per bulan. Sampai suatu hari uang yang di kumpulkan telah banyak.
Maman membeli satu buah sound, meskipun terbilang kecil ukurannya sound tersebut mampu mengeluarkan bunyi yang keras.
Kini musik dangdut selalu mengiringi maman saat menyiapkan menu makanan, menyediakan makanan bagi para pengunjung.
Semua orang di dalam warung seperti terhibur dengan musik dangdut, Tak ayal warung pun jadi ramai.
Orang-orang mulai mengantri, menunggu walaupun tempat duduk telah terisi asalkan bisa duduk makan dan mendengar lantunan musik dangdut.
Penyanyi seperti Nela Karisma, Via Valen, Elvi Sukaisi, Iis Dahlia, semuanya ada di koleksi lagu dalam heandpone maman.
Kadang beberapa pengunjung meminta di putar lagu ke sukaan mereka. Bila tidak ada, maman akan berselayar mencari di google lagu-lagu yang di minta.
 Rata-rata pelanggan maman adalah Masiswa dari berbagai wilayah indonesia, mulai dari sabang sampai merauke yang kuliah di kota jogja.
Menu yang di sediakan maman terbilang sederhana tetapi nama menunya terbilang unik di buat-buat maman bagai judul musik dangdut. Seperti nastel, indomi tante, Â Â
Di warung burjo, semua orang seperti tanpa sekat, walaupun berbeda suku, agama, warna kulit. Disini kaya dan miskin melebur seperti di satu piring makan.
Demam dangdut telah merasuki semua pengunjung kadang ada yang menggeleng-geleng kepala sambil mata memeram, tangan terangkat di atas kepala.
Maman semakin tenar dengan lagu dangdut, anak-anak sekolah kini ikut duduk di warung meninggalkan kelas mereka di sekolah.
Tak tanggung-tanggung mereka berani memesan rokok layak orang dewasa.
Bila  perhatikan dari seragam sekolah bisa di tebak mereka masih duduk di bangku sekolah menengah pertama.
Awalnya hanya beberapa anak duduk nongkrong di warung, namun lama-kelamaan jumlah mereka bertambah banyak setiap hari.
guru-guru di sekolah menjadi geger mendengar semua anak didik mereka doyan nongkrong di warung makan milik maman ketimbang masuk belajar.
Sebenarnya tidak apa-apa siswanya nongkrong di warung, tapi karena mendengar laporan siswa lain kalau para siswa yang duduk di warung sudah ke sem-sem sama musik dangdut yang di putar maman. Membuat para guru semakin khawatir siswanya jadi anak yang tidak benar.
"pak anak-anak tidak hanya dengar lagu dangdut mereka juga merokok di warung" seru seorang siswa.
"wah ini pasti gara-gara musik dangdut yang di putar sampai anak-anak merokok" pak guru berujar sambil menuding gara-gara si pemilik warung burjo yang suka mutar musik dangdut.
Sebenarnya kalau di pikirkan tidak ada hubungan antara musik dangdut dan merokok.Â
tetapi karena musik dangdut di anggap musik orang-orang jelata, sering joget-jogetan, mabuk, serta sering terjadi perkelahian.
Orang-orang jadi menganggap  namanya dangdut akan membawa hal-hal tidak baik bagi anak-anak.
Hari itu maman harus berurusan dengan pak RT karena guru melaporkan masalah siswanya. Maman di larang lagi memutar lagu dangdut.
"kenapa dilarang pak" tanya maman seperti ingin mendapatkan alasan kenapa ia di larang lagi memutar lagu dangdut.
"tidak usah tanya lagi kenapa di larang" ujar pak RT tak ingin kebijakannya dilawan.
Setelah masalah siswa sekolah selesai dan pak RT Â tidak lagi merengek, warung maman tampak lengang tidak seperti biasa, rokok di bungkusan pun masih utuh, menu makanan dalam etalase nampak belum habis.
Biasanya tidak sampai malam menu makanan yang di sediakan sudah habis, warung pun tidak seramai lagi seperti hari kemarin.
Para mahasiswa indekos yang tinggal di sekitar warung hanya memesan nasi telu dan mie instan.
"sepertinya ada yang hilang di warung ini" ujar Tino pelanggan setia di warung makan milik maman.
"iya udah di larang lagi putar lagu dangdut" wajah maman tampak ga ceriah lagi ketika berujar.
"gimana kalau kamu putar lagu di malam hari aja man" tino mencoba memberikan ide ke maman.
Tampak maman masih mikir-mikir panjang saat mendengar saran tino, tapi akhirnya setelah di pikir-pikir benar juga saran tino. Kalau malam pasti tidak mungkin ada anak sekolah.
Suasana warung kembali ramai, warung seperti terasa hidup kembali dari mati suri.Â
Suara musik dangdut mengayun-ngayun keluar warung, Memanggil orang-orang untuk berdatangan ke warung.
Laci di meja kini penuh dengan uang, maman tak lagi sedih. Uang kiriman ke kampung lancar lagi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H