Tak tanggung-tanggung mereka berani memesan rokok layak orang dewasa.
Bila  perhatikan dari seragam sekolah bisa di tebak mereka masih duduk di bangku sekolah menengah pertama.
Awalnya hanya beberapa anak duduk nongkrong di warung, namun lama-kelamaan jumlah mereka bertambah banyak setiap hari.
guru-guru di sekolah menjadi geger mendengar semua anak didik mereka doyan nongkrong di warung makan milik maman ketimbang masuk belajar.
Sebenarnya tidak apa-apa siswanya nongkrong di warung, tapi karena mendengar laporan siswa lain kalau para siswa yang duduk di warung sudah ke sem-sem sama musik dangdut yang di putar maman. Membuat para guru semakin khawatir siswanya jadi anak yang tidak benar.
"pak anak-anak tidak hanya dengar lagu dangdut mereka juga merokok di warung" seru seorang siswa.
"wah ini pasti gara-gara musik dangdut yang di putar sampai anak-anak merokok" pak guru berujar sambil menuding gara-gara si pemilik warung burjo yang suka mutar musik dangdut.
Sebenarnya kalau di pikirkan tidak ada hubungan antara musik dangdut dan merokok.Â
tetapi karena musik dangdut di anggap musik orang-orang jelata, sering joget-jogetan, mabuk, serta sering terjadi perkelahian.
Orang-orang jadi menganggap  namanya dangdut akan membawa hal-hal tidak baik bagi anak-anak.
Hari itu maman harus berurusan dengan pak RT karena guru melaporkan masalah siswanya. Maman di larang lagi memutar lagu dangdut.