Situasi politik dan keamanan negara menjadi kacau, keadaan ekonomi memburuk terjadi implasi, desakan meluas untuk membubarkan PKI beserta seluruh organisasi sayapnya, demontrasi meluas yang dikenal dengan TRITURA ( Tri Tuntutan Rakyat ) --" Pembubaran PKI berserta Organisasi Massanya - Pembersihan Kabinet Dwikora -Â Penurunan Harga-harga barang".Â
Namun Kabinet reshuffle kabinet Dwikora pada 21 Februari 1966 dan Pembentukan Kabinet Seratus Menteri tidak juga memuaskan rakyat  karna ada tokoh yang terlibat dalam pemberontakan yang dilakukan PKI, kewibawaan Soekrno runtuh setalah Makahah Meliter Luar dimampu berbuat banyak  untuk mengadili tokoh PKI. Maka runtuhlah orde lama berganti orde baru yang dipimpin oleh Soeharto.
Soekarno dikenakan tahanan rumah oleh Pemerintahan orde baru. Pada 1970, Guntur Soekarnoputra akan menikah di Bandung. Ayahnya tak bisa mendampingi. Soekarno lalu menyarankan Guntur agar meminta Hatta sebagai wali. Guntur bingung: mungkinkah Hatta mau? Bukankah Hatta dan ayahnya bertentangan?
"Soekarno mengenal Hatta. Hatta bisa saja menyerang dan mencaci maki dirinya karena kebijakan dan tingkah laku politiknya, tetapi dalam kehidupan pribadi, ikatan persaudaraan yang terbentuk selama perjuangan kemerdekaan di antara mereka sudah seperti saudara kandung," tulis Mavis Rose dalam Indonesia Merdeka: Biografi Politik Mohammad Hatta.
Dan benar saja. Hatta langsung menerima saat Guntur memintanya menjadi wali pernikahan Guntur Soekarnoputra.
Peristiwa lainya yang juga menggambarkan bahwa persahabatan mereka bukan sekedar persahabatan biasa, ketika Bung Karno telah beberapa hari tergolek sakit di Wisma Yaso, kawasan Gatot Subroto, Jakarta Selatan.Â
Bung Hatta, datang menjenguk sahabat seperjuangan. Â Disisi lain, Bung Karno, seperti diberi kekuatan untuk menyaksikan kedatangan Sang Hatta. Â Peritiwa yang mengharu-biru pun terjadi pada pertemuan itu, sebagaimana yang dikisahkan oleh Meutia Hatta dalam bukunya, Bung Hatta: Pribadinya Dalam Kenangan. Dan Kisah ini juga diceritakan Roso Daras dalam bukunya Total Bung Karno.
Berkata lirih Soekarno kepada Hatta, "Hatta, kau di sini?" Seperti diiris-iris hati Hatta melihat sahabatnya tergolek tanpa daya.
Demi memompa semangat kepada sahabat, Â wajah teduh Bung Hatta menampakkan raut yang direkayasa, "Ya, bagaimana keadaanmu, No?" begitu Hatta membalas sapaan lemah Bung Karno, dengan panggilan akrab yang ia ucapkan di awal-awal perjuangan. Hatta memegang lembut tangan Bung Karno.
Bung Karno melanjutkan sapaan lemahnya, "Hoe at het met jou" (Bagaimana keadaanmu?)
Hatta benar-benar tak kuasa lagi raut wajahnya teduh. Hatta benar-benar tak kuasa menahan derasnya arus kesedihan mendengar sahabatnya menyapanya dalam bahasa Belanda, yang mengingatkannya pada masa-masa penuh nostalgia, romantisme perjuangan.
Apalagi, usai berkata-kata lemah, Soekarno menangis terisak-isak. Lelaki perkasa itu menangis di depan kawan seperjuangannya.