Mohon tunggu...
Hidayat Syahputra
Hidayat Syahputra Mohon Tunggu... Wiraswasta - Merajut

"Sekali Berati Sudah Itu Mati". "Tindakan Adalah Pelaksanaan Kata-kata". Kata-kata yang keluar dari rahim kandung dua tokoh besar bangsa Indonesia Yaitu Chairil Anwar dan Ws. Rendra ini sangat mengilhami diri saya, bahwa hidup yang hanya sekali ini harus memberi arti/bermanfaat, dan tindakan diri haruslah sesuai dengan kata-kata yang diucapkan dan atau kata-kata harus seusai dengan tindakan yang dilaksanakan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Belajar dari Soekarno-Hatta, Sahabat dan Musuh Politik

14 November 2018   09:17 Diperbarui: 14 November 2018   12:44 1207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Soekarno menganggap sistem parlementer membuat negara tak stabil dan selalu berujung kebuntuan dalam pengambilan keputusan. Sistem Parlementer tumbang dan akhirnya, semua keputusan ditumpukan ke pemimpin negara, Soekarno.

Dan  Dwitunggal benar-benar bubar dan nyata, koin terbelah menjadi dua. Sejak saat itu hatta secara terbuka menjadi oposisi Soekarno.


Tahun 1960, Hatta menulis artikel panjang berjudul "Demokrasi Kita", yang memuat kritik tajam terhadap Soekarno dan kepemimpinannya.

Diadalam artikel tersebut Hatta menulis, "Bahwa Soekarno seorang patriot jang tjinta pada Tanah Airnya dan ingin melihat Indonesia yang adil dan makmur selekas-lekasnya, itu tidak dapat disangkal...Tjuma, berhubung tabiatnya dan pembawaannya, dalam segala tjiptaannya ia memandang garis besarnja sadja. Hal-hal yang mengenai detail, jang mungkin menjangkut dan menentukan dalam pelaksanaannya, tidak dihiraukannja."

Soekarno amat marah dengan tulisan yang diterbitkan pertama kali oleh majalah Pandji Masjarakat. Takkhayal Pandji Masyarakat dibredel. Pemimpin redaksinya, Hamka, ditahan. Hatta jadi sulit menulis di media massa. Namun bukan Hatta namanya jika ia berdiam diri. Pria Minangkabau itu mengirimkan surat-surat pribadi untuk menyampaikan kritik kepada Soekarno.

Persahabatan Yang Tak Luntur Oleh Badai,  Tak Lapuk Oleh Hujan 

Waktu berlalu Bung Karno masih menjadi Presiden Indonesia dengan Sitem Demokrasi Terpimpin, namun pada 1963 ditempat lain Bung Hatta terkena stroke. Walapun Hatta menjadi musuh politik Soekarno, namun presiden pertama RI tersebut  datang ke rumah sakit untuk menjenguk. Lantas beliau menawarkan agar Hatta berobat ke Swedia dengan biaya dari negara.

Lantas Hatta berkenan berobat ke Swedia. Mereka bertemu di Istana sebelum keberangkatan. Sebelum berpisah, Soekarno berujar ke sekretaris pribadi Hatta, I Wangsa Widjaja,"Wangsa, jaga baik-baik Bung Hatta."

Mendapatkan perawatan yang intensif di Swedia kondisi kesehatan Bungg Hatta perlahan membaik. Dan setelah pulih beliau berkeliling ke sejumlah negara Eropa dan Amerika untuk berceramah. Tapi, seorang   sahabat  yang bernama Hatta tidak pernah mengkritik Soekarno secara frontal di negara-negara yang dikunjunginya..

Pada ceramahnya di Amerikat Serikat  Hatta mengatakan, "Dalam banyak hal saya tidak setuju dengan Bung Karno. Tetapi, ia Presiden Republik Indonesia, negeri yang kemerdekaannya saya perjuangkan selama bertahun-tahun...Benar atau salah, ia presiden saya."

Tahun-tahun berlalu, terjadi gejolak besar dalam sejarah bangsa  setelah Indonesia merdeka. 1965 terjadi gerakan makar  yang  dilakukan oleh PKI yang dikenal dengan Gerakan 30 September.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun