Anies Baswedan sendiri tidak mau membicarakan bursa pilpres 2024 sampai berakhir masa jabatannya.
Ketika Anies Baswedan tidak lagi menjadi Gubernur DKI, Anies secara politik tidak memiliki nilai tawar yang sama seperti sebelumnya menjadi DKI 1.
Ditambah lagi Anies Baswedan bukan orang partai. Meski namanya disebut-sebut oleh Nasdem, Demokrat dan PKS namun pintu pengkhinatan dari ketiganya terhadap Anies Baswedan selalu ada.
Andi Arief menyampaikan isu tersebut juga bermuatan politik dimana Demokrat seolah-olah tidak akan berkhinat. Padahal melihat desain pemilu 2024, pengkhianatan terhadap Anies Baswedan bisa dilakukan oleh Nasdem, demokrat dan PKS juga.
Jika Ketua Nasdem, Surya Paloh berkhinat tidak mencalonkan Anies Baswedan, maka potensi Anies Baswedan sebagai bakal capres akan kandas.
Bagaimana caranya agar Surya Paloh dan Nasdem beralih kepada kandidat lain seperti Ganjar maupun Andika Perkasa. Itulah kasak kusuk parpol diluar oposisi dan itu rumor yang didengar oleh Andi Arief yang khawatir Nasdem tergoda.
Surya Paloh sendiri bukan orang yang mudah berubah namun bila Surya Paloh dihadapkan pilihan-pilihan sulit bisa jadi NASDEM memilih kandidat lain diluar Anies Baswedan.
Pilihan sulit tersebut seperti antara lain NASDEM membutuhkan logistik untuk pertempuran legislatif sementara kubu Anies Baswedan tidak mampu menjanjikan logistik yang dibutuhkan.
Maka bisa jadi Surya Paloh memilih kandidat Ganjar atau Andika Perkasa yang dapat membantu pertempuran logistik legislatif untuk NASDEM tersebut.
Apapun keputusan Surya Paloh membuat Anies Baswedan setiap saat terancam tidak mendapatkan kursi capres. NASDEM kelihatannya menjadi penentu paling penting bagi Anies Baswedan sebagai kandidat capres yang disyaratkan mendapat dukungan 20 persen.
Nasdem bersama PKS dan Demokrat menyusun kekuatan 28,50 persen. Kekuatan tersebut paling besar bila dibandingkan dengan KIB 25,87%, Calon PDIP 22,38% dan GERINDRA-PKB 23,35%. Wajar bila ada upaya sengit memecah Nasdem dengan PKS-Demokrat.