Setengah berlari, Rum masuk ke dalam. Kalimat terakhir Aryo sesaat sebelum masuk tadi masih terngiang di kepalanya. Ada setitik perasaan aneh yang menghuni sudut hatinya ketika mengingat perjalanannya bersama Aryo, meski mereka lebih banyak diam. Perasaan aneh yang juga dirasakannya saat bersama John....
Pesawat yang akan membawanya kembali ke Amerika sudah mengudara. "Selamat tinggal Indonesia...I'll see you again pretty soon!" jerit Rum dalam hati. Matanya terus menatap ke bawah melalui jendela.
Sejam sudah pesawat yang membawa Ruminah lepas landas. Masih tersisa 23 jam untuk mencapai New York. Perlahan namun pasti tangan Ruminah mengeluarkan sesuatu dari dompet kecilnya. Surat dari John. Dengan penuh perasaan dibukanyalah surat itu. Bagi Ruminah surat itu penting. Lebih penting dan berharga dari surat berharga yang dikeluarkan dan dicetak oleh bank.
Matanya mulai menapaki huruf demi huruf, kata demi kata dan kalimat demi kalimat dalam surat itu. Nafasnya kadang tertahan. Matanya kadang melotot. Dahinya pun tak jarang berkerenyit. Tentu isi surat itu bagai nano-nano. Banyak warna. Banyak rasa.
Ada beberapa kalimat yang membuat Ruminah tersentuh dan seakan tak percaya. Ia tak percaya bahwa John sebaik itu.
Sebagian isi surat itu terbaca...." Rum, memang saya belum lama kenal kamu. Tapi saya berusaha menjadi teman kamu yang baik. Kalau boleh, saya berusaha menjadi yang terbaik. Kamu pulang ke negara asalmu hanya seminggu. Tapi kamu tahu, kehilangan teman sebaik kamu 1 minggu luar biasa berat buat saya.....
Ruminah....saya tahu persis rencana-rencanamu, cita-citamu dan usaha-usahamu. Kamu selalu bercerita dan berbagi tentang mimpi-mimpimu yang luarbiasa itu. Itu semua adalah mimpi-mimpi termulia yang pernah saya dengan. Tak satupun teman-temanku yang memiliki mimpi setara dengan mimpimu.
.......Kamu ingin mendirikan sekolah atau yayasan yang bisa menyekolahkan anak tanpa bayar. Supaya semakin banyak anak putus sekolah dan yang tak mampu, boleh akhirnya merasakan bangku sekolah. Serta impian-impianmu yang lain. Bagi saya kamu malaikat untuk anak-anak yang bakalan kamu bantu.
.....Saya janji, saya akan bantu dan sokong usahamu sekuat yang saya bisa. Kalau pun saya harus berkorban materi untuk itu saya ikhlas. Bahkan kalau kamu mengijinkan, karena saya juga punya kawan-kawan LSM di Bali, suatu ketika nanti, pada saat kamu akan memulai usahamu di Indonesia....saya akan itu membantumu di sana. Saya pasti ke Indonesia Rum!...."
Ruminah terpaku diam. Surat itu basah oleh airmata. Hati dan pikirannya campur aduk antara Simbok, Aryo, John dan anak-anak putus sekolah. Akhirnya matanya tertutup rapat. Lelah. Ia pun tertidur. Pulas.