Mohon tunggu...
Hesti Edityo
Hesti Edityo Mohon Tunggu... Administrasi - Guru

Seorang ibu dari 4 lelaki dan seorang guru Fisika yang menyukai sastra. hestidwie.wordpress.com | hesti-dwie.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Di Antara Mimpi-mimpi #2

22 Oktober 2011   06:36 Diperbarui: 26 Juni 2015   00:38 212
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
image from : ungkapanfie.wordpress.com

Sesaat sebelum pesawat lepas landas, John menyodorkan sebuah novel. "Untuk teman perjalananmu, jangan lupa telepon aku nanti!"

Ruminah mengangguk, menerima novel tebal pemberian John. "Thanks, John".

Beruntung Ruminah mendapatkan tempat di sisi jendela pesawat. Ia menatap ke bawah, pesawat perlahan terus mengangkasa, membawa Ruminah pulang menemui Simbok.

Ruminah menyandarkan tubuhnya, membuka novel pemberian John. Sepucuk surat terselip di sana.

***

"Rum?" Mata Simbok berbinar, melihat siapa yang ada di depannya. Ruminah memeluknya erat, pelukan penuh kerinduan.

Simbok tampak kurus. Mungkin karena sakitnya itu. Mata Ruminah basah, tak tega rasanya melihat orang yang dikasihinya dalam keadaan lemah.

"Akhirnya, kau pulang juga, Rum." Simbok melepas pelukan, mengusap kepala Ruminah penuh kasih sayang.

Ruminah mengangguk, "Ya, Mbok. Bu Indah mengijinkan aku pulang menemui Simbok, beliau juga titip salam untuk Simbok."

"Wa alaikum salam..." Simbok tersenyum menatap Ruminah, anak gadisnya terlihat lebih cantik, lebih bersih dan semakin anggun. "Kamu di sana baik-baik saja, tho, Rum?"

"Mbok, Rum selalu mengingat semua nasehat Simbok. Dimanapun Rum berada, entah di Amerika, entah di sini. Mungkin Rum bisa membohongi Simbok, tapi Rum tak bisa membohongi yang Di Atas. Gusti Allah nggak pernah sare, kan, Mbok? Itu yang selalu Rum ingat. Rum tak mau hidup Rum tidak membawa berkah hanya karena Rum tergoda silaunya dunia. Simbok tak perlu berpikir macam-macam, Rum baik-baik saja di sana." Ruminah bertutur dengan lembut, namun penuh ketegasan. Seolah ingin meyakinkan Simbok.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun