Mohon tunggu...
Hesti Gusmiarni
Hesti Gusmiarni Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa UIN khas jember

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Konsep Konflik Sosial Pendidikan

13 Desember 2021   10:50 Diperbarui: 13 Desember 2021   10:58 174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

A. Pengertian Konflik dan Pendidikan

Konflik merupakan usaha yang dilakukan sang berbagai pihak untuk memperoleh hal-hal yang langka seperti nilai, status, kekuasaan, otoritas, serta lain sebagainya, di mana tujuan asal mereka bertikai itu tidak hanya mendapatkan keuntungan, tetapi juga agar musuh dapat lemah melalui pengancaman atau tindakan fisik yang kasar.

 Konflik adalah keterkaitan dari dua pihak atau lebih baik pribadi ataupun golongan kelompok yang punya rasa yang tujuannya tidak sejalan. Konflik merupakan suatu kenyataan nyata, tidak terhindarkan dan tak jarang bersifat kreatif. Perseteruan terjadi ketika tujuan masyarakat tidak sejalan. Konflik timbul karena tidak seimbang antar. Relasi-relasi sosial pendidikan yaitu status sosial yang banyak melewati kesenjangan, kurang nya keadilan dalam suatu hal mengakibatkan kemakmuran juga tidak terkondisi dengan baik lalu mengakibatkan masalah diskriminasi.

 Fuad, permasalahan adalah benturan yang terjadi antara dua pihak atau lebih yang disebabkan karena adanya disparitas kondisi sosial budaya, nilai, status, serta kekuasaan, di mana masing-masing pihak mempunyai kepentingan terhadap sumber daya alam. Konflik adalah sebuah perselisihan sedangkan konflik di lingkungan sosial merupakan perselisihan majemuk antar anggota baik siswa, guru, dan masyarakat dan mendominasi dalam kehidupan. Permasalahan yaitu proses pencapaian tujuan dengan cara melemahkan pihak lawan, tanpa memperhatikan tata cara dan nilai yang berlaku.

Pada pandangan fungsional konflik mempunyai pandangan yang berbeda dalam menilai konflik karena jika dilihat lagi konflik juga membuat sebuah pembelajaran yang lebih kesadaran pribadi orang. Dalam perspektif ini terdapat fokus-fokus adanya perbedaan yang sangat mencolok yang ada pada setiap diri manusia pada mendukung suatu sistem sosial. Konflik menunjukkan adanya disparitas pada masing-masing individu disebabkan sebab memiliki kebutuhan yang sangat terbatas. Adapun kemampuan buat memenuhi kebutuhan individu tersebut saling tidak sama satu menggunakan yang lainnya

Sementara pendidikan merupakan sebuah proses belajar ilmu pengetahuan, inovasi keterampilan, dan peraturan sekelompok individu yang diturunkan asal satu generasi ke generasi selanjutnya dengan proses pengajaran, penilaian, pelatihan. Pendidikan acapkali terjadi di bawah bimbingan orang lain, tetapi jua memungkinkan secara otodidak.

Secara Etimologi atau berasal-usul, kata pendidikan dalam bahasa inggris diklaim menggunakan edukasi, pada bahasa latin pendidikan disebut dengan edukasi yang tersusun berasal 2 istilah yaitu E memiliki arti perkembangan asal yang lebih kurang ataupun banyak, sedangkan Duco bisa disebutkan sebuah proses tumbuh yang masih dikelola. Maka menurut sistematika etimologi bahwa pendidikan sebuah proses kemampuan yang dibagi diri sendiri. Berdasarkan Kamus Bahasa Indonesia, pendidikan artinya proses pengubahan perilaku dan rapikan laku seseorang atau grup orang dalam perjuangan mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran serta praktek.

Pendidikan diartikan menjadi proses pengenalan, yakni proses atau usaha manusia untuk membina kepribadian sinkron dengan nilai-nilai yang terdapat di dalam warga dan adat kebiasaan. Kata pendidikan diartikan sebagai bimbingan yang diberikan secara sengaja sang orang dewasa.

Di pada lingkungan pendidikan, konflik sosial diartikan menjadi pertentangan antar satu individu dengan individu yang berbeda atau antar kelompok yang satu menggunakan yang lain. Umumnya permasalahan pada dalam pendidikan berhubungan dengan motivasi, semakin besar motivasi pada mencapai tujuan maka semakin akbar pula konflik, umumnya hal ini terjadi saat pelajaran berlangsung karena para peserta didik berlomba-lomba pada mencari nilai.

Pendidikan artinya ialah satu hal yang sangat penting bagi insan, selama insan masih hidup pada kehidupan global ini maka pendidikan tidak akan pernah bisa tanggal dari dirinya. Pendidikan nasional memiliki peranan yang sangat krusial rakyat Negara. Pendidikan nasional bertujuan buat mencerdaskan kehidupan bangsa dan menyebarkan manusia Indonesia yang seutuhnya, yaitu insan yang beriman bertakwa pada dewa yang Maha Esa serta berbudi pekerti luhur, mempunyai pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani serta rohani, kepribadian yang unggul, dan memiliki rasa tanggung jawab kemasyarakatan serta bagi bangsa Indonesia. Tujuan pendidikan Indonesia tertera dalam Undang-undang RI nomor 20 Tahun 2003 menjadi berikut menyebarkan kemampuan serta menghasilkan tabiat serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan buat berkembangnya potensi siswa agar menjadi insan yang beriman serta bertakwa pada yang kuasa yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, berdikari dan menjadi rakyat Negara yang demokratis dan meliki rasa yang tanggung jawab.

B. Pengertian Konsep dan Teori Konflik Sosial Pendidikan.

 Konsep didefinisikan menjadi suatu arti yang mewakili sejumlah objek yang memiliki yang sama. Konsep diartikan juga sebagai suatu abstraksi dari sesuatu yang mempermudah komunikasi antar manusia dan memungkinkan manusia untuk berpikir. Konsep lain memiliki pengertian adalah sesuai representatif umum yang terbentuk dari suatu kejadian, suatu nalar berfikir, dan sebuah ide atau contoh gambaran mental. Konsep bisa juga termasuk tema yang dirancang guna untuk tujuan tertentu, tema juga diartikan sebagai ide representasi untuk sebuah tujuan. Dalam tema ini lebih berfokus kepada konflik banyak sekali perseteruan jadi

 Konsep suatu konflik yakni elemen yang saling berhubungan yakni seperti kata konflik dan perselisihan. Konsep juga termasuk perluasan yang bersifat abstrak di mana dalam perluasan disparitas dari segala sesuatu dalam perluasan dihilangkan memperlakukan seperti mereka yang memiliki ciri khas. Konsep yang bersifat menyeluruh atau universal di mana mereka bisa diterapkan secara merata untuk setiap kepopulerannya. Konsep artinya pembawa arti. Suatu konsep tunggal bisa dinyatakan menggunakan bahasa apapun.

 Konflik selalu ada dalam kehidupan sehari-hari dan juga ada dalam kehidupan di lingkungan sekolah. Permasalahan di lingkungan pendidikan memang tidak mampu dihindarkan, hal ini dikarenakan adanya disparitas antar individu juga kelompok sosial yang berada di dalamnya. Konflik di lingkungan sekolah memiliki contoh seperti perseteruan antar pelajar, diskriminasi terhadap sesama, perbedaan pendapat di sebuah organisasi, orang tua yang tidak terima pembayaran SPP naik dan lain-lain.

 Konsep konflik pendidikan itu sendiKonsep konflik pendidikan itu sendiri adalah di mana adanya konflik antara individu dengan individu atau kelompok dengan kelompok dan lain sebagainya yang terjadi di lingkungan sekolah biasanya merupakan perselisihan yang diakibatkan perebutan sesuatu atau berselisih tentang pendapat pribadi. Berikut adalah model contoh permasalahan yang ada di lingkungan sekolah :

1.Keluarnya grup atau Geng di Sekolah

Contoh permasalahan di sekolah yang pertama merupakan keluarnya geng di lingkungan sekolah. Geng adalah salah satu bagian berasal kelompok sosial yang bisa saja tercipta pada lingkungan sekolah, hal tadi memang hal yang tidak mampu dihindari mengingat manusia merupakan makhluk sosial serta tidak dapat hidup secara pribadi manusia.

Keluarnya geng ini kerap dijumpai pada tingkatan Sekolah Menengah Atas (SMA), mengingat peserta didik siswinya menginjak usia remaja dan secara psikologis serta kemampuan dalam berpikir masih dalam tahan berkembang, memperluas pergaulan (sosialisasi) seusia serta mencari teman sebaya yang lebih mengerti kondisi emosional berasal pada orang dewasa

Tidak heran Bila pada usia remaja, tidak sedikit siswa SMA yang tidak lagi mendengarkan masukan dari orang dewasa, dan mengakibatkan sekolah menjadi kawasan kedua sesudah rumah di mana mereka bertempat untu tidak jarang, para remaja ini menghabiskan sebagian waktunya di sekolah.

Tentunya munculnya geng disekolah yang dikenal dengan konotasi negatif sangat tidak diperlukan adanya, apa lagi kebanyakan geng tersebut sering kali membuat konflik baik itu dilingkungan sekolah juga di lingkungan setempat. Untuk itu perlu di mengerti penyebab keluarnya geng disekolah, di antaranya :

1.Kurangnya pengawasan kegiatan peserta didik khususnya sehabis jam pulang sekolah.

2.Masih kurang aktivitas di luar akademik yang sesuai menggunakan minat dan talenta siswa.

3.Adanya peraturan yang menjadikan sisa menjadi bosan dan menjadikan peserta didik tersebut mencari hal-hal untuk menghindari hukum tersebut.

4.Keluarnya faktor berasal luar lingkungan pendidikan yang mempengaruhi dengan cara menyampaikan pengetahuan negatif sebagai akibatnya mendorong terbentuknya suatu geng suatu pendidikan.

5.Peserta didik masih pada proses pencarian jati diri sebagai salah satu upaya menunjukkan kekuasaan dan kekuatan.

2.Tawuran-Tawuran Antar Pelajar

Tawuran antar pelajar memang acapkali terdengar ditelinga masyarakat Indonesia, serta kerap kali diberitakan oleh media masa. Sangat disayangkan bila ada pertikaian antar pelajar mengingat tugas utama pelajar merupakan belajar bukan untuk tawuran. Hal-hal yang mengakibatkan tawuran biasanya diawali dari pembentukan geng-geng di lingkungan sekolah.

Dari geng tersebut, kemudian memunculkan rasa persahabatan, solidaritas, dan loyalitas yang kuat sehingga berakibat antar anggotanya merasa satu bagian tidak bisa dipisah. Jika mana terdapat anggota yang memperoleh persoalan, seluruh anggota pun langsung turun tangan untuk membantu menyelesaikan, tetapi sayangnya cara yang ditempuh biasanya berupa perkelahian antar siswa di lain institusi pendidikan.

3.Konflik antara Orang Konflik antara Orang Tua peserta didik dan pengajar

Model konflik di lingkungan sekolah selanjutnya yaitu perselisihan paham antara orang tua peserta didik serta guru. Biasanya hal tersebut timbul karena banyak sekali faktor yang berakibat orang tua tidak terima, serta berikut ini adalah beberapa penyebab perseteruan ini, yaitu :

1.Persoalan eksklusif

2.Kurangnya perhatian guru terhadap orang tua siswa.

3.Cara komunikasi guru yang kurang profesional.

4.Orang tua peserta didik pribadi melaporkan guru kepada kepala sekolah atau yayasan.

Ditinjau bersama, hal ini adalah pertanda asal lemahnya sistem manajemen penanganan internal perseteruan di sekolah. Padahal pendidikan serta institusi kependidikan memegang peran krusial. Kunci pada mendidik peserta didik untuk hidup bersama secara damai dan melatih mereka untuk mampu menuntaskan konflik secara konstruktif. Jika diteliti lagi secara detail pendidikan resolusi Konflik bisa menghasilkan suatu proses belajar yang terkondisi menjadi tempat yang nyaman aman untuk belajar. Berjalan nya belajar yang baik bisa selalu kondusif dan tenang karena tidak adanya konflik yang membuat ricuh. Bila terlalu banyak persoalan disiplin pada sekolah, para pengajar akan menghabiskan kebanyakan waktu mereka untuk mengatasi persoalan tersebut daripada untuk mengajar. Namun Bila tidak terdapat, atau hanya sedikit masalah disiplin atau permasalahan di sekolah, para guru dapat berkonsentrasi untuk memaksimalkan potensi peserta didik yang berperilaku baik yang menginginkan pembelajaran. Pengajaran resolusi konflik diperlukan untuk meminimalkan persoalan disiplin serta konflik di antara peserta didik dan untuk mendorong lingkungan belajar yang lebih baik di institusi pendidikan.

C. Konsep dan Teori Konflik Sosial Pendidikan menurut para ahli

 Konsep dan Teori permasalahan pendidikan berdasarkan Wiyono seseorang filsafat pendidikan. Pengertian konflik secara etimologis berasal dari bahasa latin con berarti bersama dan benturan. Dari ini permasalahan dalam kehidupan sosial dapat diartikan menjadi benturan kepentingan, harapan yang melibatkan 2 pihak atau lebih bisa kelompok atau perorangan, di mana salah satu pihak yang terkait berusaha menyingkirkan atau menghancurkan orang yang tidak bersangkutan.

Permasalahan sendiri bisa terjadi oleh perbedaan yang dibawa oleh individu atau kelompok ke dalam suatu interaksi, disparitas tersebut antara menyangkut fisik, tata cara istiadat, keyakinan, suku, dll. Konflik tidak hanya terjadi di lingkungan warga tetapi konflik juga bisa terjadi pada lembaga pendidikan, konflik dan pendidikan sangat erat kaitannya karena pada dalam pendidikan pula pasti ada permasalahan.

Pendidikan diartikan menjadi proses sosialisasi, yakni proses atau perjuangan manusia untuk membina kepribadian sinkron menggunakan nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat dan budaya. Istilah pendidikan diartikan menjadi bimbingan yang diberikan secara sengaja oleh orang dewasa.

Pendapat dari Luthans bahwa permasalahan sebagai tidak sesuai nya nilai atau tujuan antara anggota kelompok organisasi. Winardi (2004) mengemukakan bahwa masalah merupakan suatu opsi yang bertentangan suatu pendapat antar individu dan bisa juga terjadi dalam suatu kelompok atau organisasi yang formal sekalipun. Sedarmayanti (2000) mengemukakan konflik adalah Proses antara kebutuhan, keinginan, gagasan, kepentingan ataupun pihak saling bertentangan, sebagai dampak berasal adanya perbedaan: target (goals); nilai (values); pikiran (cognition); perasaan (efek). Sesuai beberapa definisi konflik itu nampak terdapat suatu kesepakatan , bahwa perseteruan dilatarbelakangi oleh adanya tidak sinkron atau tidak cocok atau disparitas dalam hal nilai, tujuan, status, dan adat kebiasaan.

Pendapat dari Robins pakar pendidikan menyatakan bahwa permasalahan adalah insiden yang masuk akal pada semua kelompok serta organisasi. Sebab permasalahan itu tidak terelakkan, sirkulasi hubungan manusia menganjurkan penerimaan permasalahan. Permasalahan tidak bisa disingkirkan, dan bahkan adakalanya konflik membawa manfaat pada kinerja kelompok atau organisasi. Pada pandangan interaksionis, konflik justru pada pandang krusial eksistensi nya menurut pendangan interaksionis. Melihat pandangan permasalahan dalam sebuah organisasi konflik harus terus ada jika seluruh anggota organisasi bersifat kooperatif damai tenang maka tidak ada hal yang bisa dipelajari melalui musyawarah atau diskusi. Tentunya permasalahan yang ditumbuhkan berada dalam kadar minimal, atau sekedar cukup untuk membentuk kelompok dinamis, kritis, serta kreatif.

Sedangkan tinjauan perseteruan menurut pandangan Owens (1991) meliputi:

1.Pandangan Kontingensi, pandangan ini menganggap tidak mungkin Jika menghilangkan potensi laten konflik sebagai akibatnya jalan yang perlu ditempuh oleh organisasi adalah membangun iklim budaya yang mendukung manajemen permasalahan. Begitu banyaknya penyebab konflik membuahkan pada tidak adanya jalan terbaik untuk mengelola konflik. Dengan kata lain, pemecahan konflik tergantung dengan bentuk serta sebab konflik.

2.Pandangan Proses, dalam hal ini konflik yang terjadi antara dua kubu terjadi secara sekuens serta berulang-ulang. Setiap tahapan mengandung dinamika yang tinggi yang mengandung sikap masing-masing pihak sebagai respon atas apa yang dilakukan kubu lainnya. Konflik akan mengalami eskalasi atau deskalasi, karena dari duduk perkara satu bisa melebar ke masalah yang lain atau sebaliknya, dari persoalan rumit bisa berubah lebih tidak rumit.

3.Pandangan Struktural, tinjauan struktural melihat asal sisi kondisi yang menyebabkan munculnya permasalahan khususnya dari faktor struktural organisasi. Faktor yang dimaksud antara hukum atau prosedur, tata cara sosial dan  kepribadian anggota. Karena dilandasi dari penyebab struktural, maka tinjauan atas pengendalian atau penanganan konflik pula memakai perangkat-perangkat struktural seperti halnya perbaikan kejelasan tugas atau revisi peraturan kerja.

D. Faktor-Faktor Penyebab Konflik Sosial Pendidikan

 Konflik pendidikan di Indonesia sangatlah rumit dan perlu untuk diselesaikan dengan baik dibandingkan dengan negara lain di segi pendidikan Indonesia termasuk pendidikan nya masih belum seimbang baik karena ada banyak masalah yang ada dari segi pendidikan namun demikian, harapan Indonesia untuk bisa mengatasi banyak masalah yang ada pasti bisa , sebelum itu kita harus bisa mengetahui faktor penyebab adanya banyak masalah di Pendidikan. Waktu era bapak Soekarno Indonesia digandang gandang akan menjadi macam Asia ini menegaskan bahwa Indonesia mampu dalam melaksanakannya.

 Faktor merupakan suatu hal dapat Berakibat (mempengaruhi) terjadinya suatu kejadian terutama konflik. Faktor konflik secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu yang bersumber dari dalam diri pribadi manusia berhubungan dan asalnya dari luar meliputi lingkungan pendidikan, lingkungan keluarga dan lingkungan umum masyarakat.

Faktor- fakto penyebab permasalahan secara khusus adalah sebagai berikut:

1.Perseteruan diri sendiri dengan seseorang dapat terjadi sebab disparitas peranan (atasan menggunakan bawahan), kepribadian, serta kebutuhan (perseteruan bertikai).

2.Konflik diri sendiri dengan kelompok dapat terjadi karena individu tadi melanggar tata cara-Kebiasaan kelompoknya, atau individu bersangkutan telah melanggar tata cara-istiadat kelompok sehingga dimusuhi atau dikucilkan oleh organisasi. Berubahnya visi, misi, tujuan, target, taktik, dan aksi individu tersebut dengan visi, misi, tujuan, sasaran, strategi, dan aksi organisasi.

3.Kelompok dengan kelompok pada sebuah organisasi dapat terjadi karena ambisi salah satu atau kedua kelompok untuk lebih berkuasa, terdapat kelompok yang menindas, ada kelompok yang melanggar norma-norma budaya kelompok lainnya, ketidakadilan kelompok lainnya, dan keserakahan kelompok lainnya (perseteruan primordial)

4.Permasalahan antar organisasi terjadi Sebab karena kudeta, baik ekonomi Atau politik (konflik horizontal serta permasalahan elit politik).

5.Terbatasnya guru yang kreatif dan inovatif. Perlu disadari bahwa tenaga pendidik harus bisa terampil dan baik dalam melaksanakan tugasnya. Guru pada , umumnya kreatif serta berkualitas yang berada tersebar dikawasan kota serta daerah dan biasanya mudah di jangkau dalam pendidikan. Namun daerah-daerah pinggiran kota dan sangat terpencil, sangat kurang mendapatkan guru yang profesional hal ini juga memicu konflik sosial pendidikan.

6.Mutu pendidikan juga merupakan faktor banyak nya konflik di negara ini kurangnya pengetahuan akan ajaran moral yang baik dan benar mengakibatkan konflik dengan berbagai jenis. Contoh perkelahian antar siswa karena kurangnya pemahaman akan moral maka mereka berbuat seenaknya saja. Masyarakat umum juga termasuk penyebab dari mutu pendidikan yaitu bersumber dari pemikiran mereka akan Pendidikan.

7.Bahan ajar yang minim, juga termasuk faktor dari adanya Konflik sosial pendidikan. Bahan ajar yang kurang di Indonesia adalah suatu yang umum. Banyaknya para pelajar atau mahasiswa bahkan masyarakat umum yang tidak gemar membaca maka bahan ajar juga kurang, padahal literatur literasi sangat dianjurkan agar banyak ilmu pengetahuan bisa mengurangi adanya konflik di sosial pendidikan.

8.Mahalnya Dana Pendidikan tidak bisa untuk dielak lagi karena memang faktor ekonomi adalah hal yang sangat kronis di Indonesia terkhusus bagi anak keluarga tidak mampu. Banyak konflik yang timbul akibat ekonomi contoh konflik wali siswa atau orang tua siswa dengan pihak sekolah akan adanya iuran ataupun penggalian dana. 

E. Menyikapi Konflik Sosial Pendidikan

 Secara operasional, transformasi pendidikan menggunakan perspektif pendidikan pada dasarnya adalah Berguna merespon fenomena permasalahan di tengah-tengah seluruh elemen Pendidikan baik pada juga luar baik guru atau siswa sampai warga karena seluruh bersinergi serta saling Gotong royong antar satu Melalui lainnya yang berwajah multikultural. Paras yang beraneka ragam pada negeri ini hingga kini ibarat bara pada sekam yang suatu ketika bisa muncul dampak suhu politik, kepercayaan , sosio budaya yang memanas yang memungkinkan perseteruan tersebut timbul kembali. Usaha atau proses kita untuk memecahkan masalah adalah hal wajib yang harus dilakukan. Termasuk pihak yang bertanggung jawab pada hal ini merupakan kalangan pendidikan. Minimal, pendidikan wajib mampu Berkontribusi penyadaran (consciousness) pada masyarakat bahwa permasalahan bukan suatu hal yang baik untuk dibudayakan. 

  1.Lebih lanjut dikatakan bahwa terdapat beberapa model dalam penyelesaian perseteruan, yaitu : Mediation, cara ini memakai pihak ketiga sebagai penengah. Perantara yang ditunjuk merupakan mereka yang sudah disepakati bersama dan bisa bertindak pada penyelesaian secara obyektif. Asal usahanya belum tentu hasilnya digunakan untuk merumuskan perdamaian Arbitration, cara ini asal dari penyelesaian konflik dagang (menuntaskan problem pada luar forum formal). Penyelesaian permasalahan cara ini tidak menekankan prosesnya tetapi menekankan hasilnya

2.Family Converence , merupakan cara yang dipergunakan untuk menyelesaikan persoalan yang dianggap tidak serius serta yang melibatkan 2 keluarga atau lebih dalam suatu konflik. Partisipasi pihak-pihak yang bertikai bersifat sukarela.

3.Alternative Dispute Resolution (ADR), cara ini dikenal menggunakan istilah musyawarah buat mufakat. Adalah alternatif penyelesaian konflik menggunakan memakai pihak ketiga yang berperan Dalam kurang lebih mereka. Bisa dari tokoh masyarakat juga dari aparat. Cara ini tidak

4.Mengklaim penyelesaian perseteruan secara tuntas.

5.Ombudsman, dimana menurut sejarahnya lembaga ini adalah lembaga yang profesional & independen. Anggotanya terdiri dari orang-orang yang punya reputasi baik, profesi yang spesial dan bersifat netral. Penyelesaian konflik dengan cara ini berarti seluruh pihak menyerahkan sepenuhnya perseteruan buat diselesaikan

Berikut tahapan pada menangani atau menyikapi sebuah perseteruan pada sosial pendidikan :

1. Perencanaan analisis konflik. Di tahapan ini pihak pendidikan wajib bisa mengidentifikasi konflik yang terjadi. Selanjutnya menentukan penyebab serta pihak yang mungkin terlibat perseteruan. Permasalahan menjurus ke tahap terbuka akan dengan praktis diidentifikasi.

2. Mengevaluasi konflik, Selanjutnya mengevaluasi apakah perseteruan sudah berada pada titik kritis, sebagai akibatnya perlu segera diredam. Maka dari itu semua upaya penyelesaian harus segera dilaksanakan agar hal yang tidak baik tidak terdampak lebih luas. Apabila masih dalam tahapan tersembunyi usahakan kepala sekolah memberi stimulus, sebagai akibatnya Masalah berpotensi menjurus ke hal yang positif.

3.Memecahkan permasalahan, selesainya menganalisis dan mengevaluasi perseteruan, langkah terakhir adalah pemecahan perseteruan. Kepala sekolah mengambil tindakan untuk mengatasi konflik. Apabila konflik belum berada pada titik kritis, usahakan ketua sekolah merogoh langkah pencegahan. Memang derajat konflik sulit ditentukan, sebab memang tidak ada standar yang baku. Hanya pengalaman yang bisa menakar derajat permasalahan Itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun