Akhirnya, tatkala Ajip sudah menjadi dosen di Jepang, Uga ikut belajar di sana hingga tamat S3 Sosiologi. Uga selanjutnya menikah dengan wanita Jepang.
Dengan Kyai Hamam, pimpinan Pondok Pabelan, Ajip sangat dekat. Adik Hamam akhirnya menjadi besan Ajip. Anak Ajip yang perempuan kebetulan juga dimasukkan ke pesantren Pabelan.
Dari Kyai Hamam juga Ajip dikenalkan dengan Romo Mangun. Biasanya saat berkunjung ke Pabelan, Ajip juga mampir ke rumah Romo Mangun di Yogya. Sebuah persahabatan yang tulus.
Mengajar di Jepang
Mulanya Ajip hanya ditawari setengah tahun untuk program Fellowship di Jepang, tetapi kemudian dia ditawari menjadi dosen bahasa Indonesia menggantikan dosen sebelumnya yang sudah pensiun.
Mengenai Jepang ini Ajip teringat masa kecilnya saat dipesankan oleh salah seorang keluarganya.”Ajip, belajar yang pintar, nanti biar sekolah di Tokyo”. Maklum, saat itu Indonesia sedang dijajah Jepang. Alih-alih belajar di Jepang, Ajip malah jadi dosen di Jepang. “Hidup memang aneh,” kata Ajip.
Di Jepang Ajip sangat terkesan dengan nilai-nilai kejujuran orang Jepang. Pernah Ajip membeli arloji seharga tertentu di sebuah toko. Pada saat membayar di kasir, harganya malah dikorting 20% karena arloji tersebut memang termasuk dalam program. Sementara Ajip tidak menyadari kalau ada program tersebut. Kalau di Indonesia, niscaya si kasir akan diam saja. (Mirip cerita Ime-chan tentang layanan internet provider di Jepang pada postingannya).
Kejujuran orang Jepang juga sangat mengesankan Ajip saat dompetnya jatuh di taksi. Sang penemunya anak muda berumur 20 tahun rela menunggunya di kantor polisi selama 2 jam. “Bandingkan kalau dompet Anda tertinggal di taksi Jakarta”, kata Ajip.
Menurut Ajip orang Jepang yang tidak terlalu peduli dengan agama tapi memegang teguh nilai-nilai kejujuran. Sementara orang Islam yang di kitab sucinya tertulis ajaran kejujuran, tapi pada kenyataannya banyak yang suka menipu. Timbangan dikurangi, korupsi dijalani, dsb.
Bahagia dan Menyesal
Salah satu kebahagiaan Ajip adalah saat diangkat sebagai anak oleh Mr Syafrudin Prawiranegara. Anak-anak Pak Syaf juga diminta Pak Syaf untuk menganggap Ajip sebagai abang mereka. Untuk memperingati 75 tahun Pak Syaf, Ajip menulis biografinya. Saat Ajip sakit jantung dan dirawat di RS Harapan kita, anak-anak Pak Syaf datang. Bahagia sekali hati Ajip.