Aku tersadar mataku berkaca-kaca. Mengalirkan butiran air mata yang jatuh ke pipiku.
“Amin, Bu,” Aku memeluk ibuku.
“Ada apa dengan Amin?”
“Aku mencintai Amin, Bu. Aku ingin jadi kekasihnya. Aku ingin menjadi istrinya,” isakku makin besar.
Amin, telatku diriku. Dia pamit meninggalkan kantor karena ibunya di kampung sedang sakit. Ibunya membutuhkan dia.
“Ibu percaya kamu tahu apa yang harus kamu lakukan,” bijaknya kata-kata ibuku membuatku memeluknya lebih erat.
Semoga aku belum telat. Semoga dia bisa kembali lagi.
Kugenggam smartphoneku erat. Aku melepaskan pelukan ibuku. Aku ingin mengetikkan kata-kata untuk membalas SMS Amin.
Isi SMS balasanku pada Amin: Aku cinta kamu, Amin.
***