Film animasi Malaysia ini, hak siarnya dibeli oleh televisi kabel kelas dunia Disney Channel. Hebat!
[caption id="attachment_332962" align="aligncenter" width="300" caption="Serial Upin Ipin dari Malaysia (indowebster.com)"]
![13982539561689097106](https://assets.kompasiana.com/statics/files/2014/04/13982539561689097106_300x317.88990825688.jpg?t=o&v=555)
Pada saat yang bersamaan melalui game komputer, channel youtube di internet, maupun film di salah satu televisi swasta Indonesia, putriku ini mengenal apa yang ia sebut "EMI BEK " .... begitu ia menyebut tokoh animasi burung ciptaan Rovio Finlandia yang kita kenal sebagai ANGRY BIRD.
Salah saya juga memperkenalkan Angry Bird yang sebenarnya berawal dari hobby saya memainkan game komputernya beradu dengan teman-teman kantor ketika itu di tahun 2011.
Ternyata teman-teman ku sejawat baik teman sekolah, kuliah maupun teman kantor pun memiliki anak-anak yang keranjingan oleh film-film yang sama. Jadi demam "Masha and Bear" ternyata mulai melanda anak-anak Indonesia juga seperti halnya demam Upin-Ipin, Angry Bird atau Thomas and Friends beberapa waktu lalu.
Masha and Bear membuat beberapa orangtua sepertti kami dan mungkin juga anak-anak menjadi belajar sedikit bahasa Russia dan kebudayaannya, hal yang sama pernah terjadi ketika demam film Malaysia Upin dan Ipin. Istilah Melayu dalam film tersebut begitu populer seperti "Tak Patut", "Apa nak kau buat?", "Seronok" dan lainnya.
Sempat juga ada animasi India berjudul "Krishna".
Bahkan animasi yang kurang mendidik, dan sebenarnya lebih cocok untuk pemirsa di atas usia remaja, yaitu buatan Korea Selatan berjudul "LARVA" pun ikutan menjadi fenomena di negeri ini.
Namun kembali pertanyaan yang menggelitik timbul di benak saya?
Itu semua tokoh animasi idola dari luar negeri, kenapa anak saya tak bisa jatuh cinta pada tokoh animasi ataupun film anak-anak buatan Indonesia?
Bukankah Upin Ipin sedikit banyak adalah buatan orang Indonesia juga toh?