Mohon tunggu...
Herry Mardianto
Herry Mardianto Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Suka berpetualang di dunia penulisan

Selanjutnya

Tutup

Diary Artikel Utama

Berlayar Bersama Kompasiana, Selamat Tinggal 2024

30 Desember 2024   11:52 Diperbarui: 2 Januari 2025   00:28 267
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Terus berkarya/Foto: Kompasiana

Dulu menjelang pensiun, pertanyaan terasa triki dan sulit dijawab secara spontan adalah: Apa yang dikerjakan setelah pensiun?

Inginnya membuka warung kelontong, tapi tidak punya pengalaman berdagang. Maunya mengelola taman bacaan, sayangnya ukuran rumah  sak umprit. Bertani? Tak punya sawah dan tanah ladang.

Akhirnya  tetap bercita-cita menjadi juri dan praktisi di bidang literasi. Tapi siapa yang tertarik dan mau memakai tenaga tua yang mungkin sudah tidak sat set lagi?

Lalu, secara riil, apa sesungguhnya  yang (bisa) dilakukan setelah pensiun?

Demi terus menjaga kreativitas agar tidak tumpul, lalu mati, maka berkumpul dengan teman-teman di komunitas sastra menjadi langkah penting. 

Dengan begitu,  proses berkesenian tetap terpantik. Obrolan mengenai dunia kesenian, khususnya kesastraan terus berlangsung. Relasi tetap terjalin mesra.

Soal pengembangan imajinasi?

Persoalan ini lebih berurusan dengan dunia penciptaan, dalam bidang apa pun pilihannya.  

Karena dulu saya terbiasa dengan pekerjaan menyusun proposal, menulis laporan peneltian, makalah seminar,  esai jurnal ilmiah, artikel populer, maka saya memilih tetap setia melakoni pekerjaan sebagai penulis.

Bagi saya, modal seorang penulis setidaknya memiliki daya imajinatif, mengembangkan imajinasi, dan daya  kreatif- menciptakan hal-hal baru- meskipun mungkin hanya berupa pekerjaan memodifikasi, mematutpadankan.

Mengapa memilih Kompasiana sebagai media ekspresi gagasan?

Tidak lain karena Kompasiana sebagai media online (blog bersama) memiliki reputasi membanggakan. Hadir sebagai Beyond Blogging- lebih dari sekedar ngeblog-   menyalurkan opini dan gagasan yang mencerahkan dan memperkaya wawasan pembaca. 

Terlebih Kompasiana meraih  penghargaan Asian Digital Media Awards-2010 (Best in Digital Content - User Generated Content) WAN-IFRA, Kanal Blog Citizen Journalism Terbaik dari Pesta Blogger 2010, dan Marketeers Netizen Champion dari majalah Marketeers.

Jejak prestasi Kompasiana/Foto: Kompasiana
Jejak prestasi Kompasiana/Foto: Kompasiana
Di samping itu, Kompasiana merupakan blog online prestisius, keberadaannya  tidak bisa dilepaskan dari bayang-bayang Kompas karena diterbitkan oleh PT Kompas Cyber Media.

Dalam perjalanan menulis di Kompasiana dari tahun 2022 sampai 2024 hal apa yang paling mengesankan?

Perjalanan memang tidak selalu mudah, terutama saat awal bergabung. Beberapa kali mendapatkan "surat cinta" yang berisi teguran karena tulisan/foto melanggar syarat dan ketentuan.

Bahkan tulisan mengenai peran Balai Pustaka dalam mengembangkan dan menerbitkan karya sastra hampir tidak tayang. Tulisan itu dianggap duplikasi/plagiarisme dari tulisan pertama saya tentang Balai Pustaka. 

Buru-buru saya memberi penjelasan kepada admin Kompasiana lewat email (surat elektronik-surel) bahwa kedua tulisan itu  jauh berbeda. 

Tulisan pertama mengulas soal sastra Jawa Balai Pustaka, sedangkan tulisan kedua mengenai sastra Indonesia pada era Balai Pustaka. 

Penjelasan tersebut dipahami admin Kompasiana (mungkin dibaca ulang secara cermat) dan akhirnya tulisan tersebut lolos tayang.

Saya lantas berpikir, jangan-jangan seleksi awal tulisan yang masuk Kompasiana dilakukan oleh mesin. Karena keduanya memakai judul Balai Pustaka, maka memiliki kata kunci yang sama- Balai Pustaka- dan dianggap duplikasi, plagiat. 

Seorang penulis memplagiat tulisannya sendiri? Oh, tidakkkkk!

Hal paling membahagiakan, seberapa pun besarannya, pada tahun 2024 saya mulai menerima K-reward secara teratur. Bisalah untuk mentraktir Ibu Negara Omah Ampiran semangkuk soto Kadipiro atau bakso Wonogiri!

Bagaimana strategi menulis di Kompasiana? Benarkah pencapaian Artikel Utama merupakan misteri?

Bagi Kompasianer baru perlu memahami bahwa Kompasiana merupakan blog bersama. Artinya, menjaga kebersamaan merupakan hal utama. Tidak mungkin kita menyendiri. 

Kebersamaan dijalin dengan sapa aruh, tegur sapa melalui komentar atau meninggalkan jejak berupa penilaian di beranda masing-masing Kompasianer. 

Tanpa sapa aruh, maka berapapun tulisan yang dihasilkan niscaya akan "jalan di tempat", tidak dibaca banyak orang. Bahkan orang tidak mau lagi memberi sapa aruh terhadap tulisan yang kita hasilkan karena tidak ada timbal balik yang sepadan.

Tulislah apa saja. Apa yang dipikirkan, dirasakan, dialami. Beragam tulisan: fiksi, nonfiksi, bahkan campuran antara keduanya, dapat dijadikan pilihan. Ada beragram kategori yang akan menampung tulisan para Kompasianer, se-absurd apa pun tulisan yang dihasilkan. Edun kan?

Pernah ada yang bertanya kepada saya lewat pesan WhatsApp, apakah admin Kompasiana pilih kasih, mengapa hanya Kompasianer itu-itu saja yang tulisannya mendapatkan label Artikel Utama. Haruskah menjalin hubungan khusus dengan admin Kompasiana?

Sampai sekarang terus beredar anggapan bahwa pencantuman label Artikel Utama merupakan misteri, suka-suka admin Kompasiana. Entah anggapan itu benar atau tidak, secara pribadi saya tidak ambil pusing. 

Bagi saya, lebih baik memikirkan bagaimana cara agar tulisan menjadi perhatian admin Kompasiana dan pembaca.

Bagaimana strateginya? 

Sesungguhnya, secara stuktur, tulisan terbagi dalam tiga bagian utama, yaitu pengantar (pembuka), isi (analisis), dan penutup. 

Bagian pembuka menjadi pintu ajaib yang sangat penting dalam sebuah tulisan. Sebab bagian ini merupakan pertaruhan hidup-mati- apakah calon pembaca akan meneruskan membaca atau meninggalkan tulisan kita. 

Dengan begitu, maka di bagian ini kita benar-benar mempertimbangkan rangkaian kata, frasa, kalimat, yang mampu mencuri perhatian pembaca, propokatif, menimbulkan rasa penasaran, ketertarikan, sehingga pembaca tenggelam dalam setiap kalimat di bagian pembuka.

Di bagian isi, maka pembahasannya harus to the point, tidak bertele-tele. Jangan justeru tulisan kita membuat pembaca sakit kepala. Kalau ini terjadi, niscaya tulisan kita akan ditinggalkan.

Di bagian penutup sebaiknya ada semacam simpulan atau solusi terhadap permasalahan yang kita utarakan. 

Gunakanlah kalimat penutup yang  menarik agar menimbulkan kesan membekas bagi pembaca terhadap tulisan  kita. 

Kunci lainnya adalah pemilihan judul yang memikat, jangan asal memberi judul. 

Selebihnya, dalam keseluruhan teks,  gunakan bahasa Indonesia sesuai dengan KBBI dan aturan EYD. Meskipun demikian, usahakan bahasa terasa komunikatif, tidak membosankan.

Apakah puas dengan pencapaian pada tahun 2024?

Meskipun saya tidak mampu menulis setiap hari, tapi pencapaian sampai saat ini saya syukuri. Mendapatkan teman-teman baik di Kompasiana, menambah semangat untuk tidak berhenti menulis.

Rasa syukur karena beberapa tulisan diberi label Artikel Utama oleh admin Kompasiana. Ini pencapaian  luar biasa, meskipun bagi orang lain, hal ini mungkin biasa-biasa saja.

Saran untuk Kompasiana?

Semua sudah baik. Meskipun begitu saya yakin orang-orang hebat di balik Kompasiana terus melakukan pembenahan-pembenahan agar platform ini tidak kalah menarik dibandingkan media online lainnya.

Khusus untuk kuis bulan Ramadhan yang akan datang, sebaiknya tema-tema tulisan tidak mengulang seperti tahun-tahun sebelumnya.

Sukses untuk Kompasiana di tahun 2025.
I lup yu sak polle!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun