Mohon tunggu...
Herry Mardianto
Herry Mardianto Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Suka berpetualang di dunia penulisan

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Mari Berkawan dengan Pepohonan

15 Juni 2024   20:03 Diperbarui: 17 Juni 2024   16:45 767
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pohon Kapas di Nguling-Probolinggo | Foto dari buku  The Poetry of Nature

Pohon krasak (ficus iscos) daun mudanya dapat disayur, sedangkan daun tuanya sebagai pakan ternak. Nama desa Krasak terdapat di Salaman (Magelang), dan Pecangan (Jepara). 

Hal menarik lain berkaitan dengan pohon ploso/plasa (butea monosperma) yang tumbuh di hutan di bagian timur pulau Jawa. Seperti pohon jati, pada musim kemarau daun pohon ploso berguguran. 

Bunga pohon ini menghasilkan butein sebagai bahan pewarna alam. Sedangkan getahnya, disebut gom, dipakai untuk bahan penyamak dan pengobatan tradisional. Ploso dipakai sebagai nama desa  di Wonoayu (Sidoarjo) dan Grati (Pasuruan).

Kekurangan buku Suta Naya Dhadhap Waru karena tidak disertai foto pohon-pohon yang dituliskan. Hal ini berbeda dengan buku The Poetry of Nature (PT Semen Gresik, 2007) yang dipenuhi dengan foto pohon (hitam putih) dilengkapi tempat keberadaan pohon tersebut, meskipun buku ini berisi puisi, lirik lagu, dan esai pendek.

Pohon Kapas di Nguling-Probolinggo | Foto dari buku  The Poetry of Nature
Pohon Kapas di Nguling-Probolinggo | Foto dari buku  The Poetry of Nature
Sebagai penutup, saya kutipkan gagasan Eka Budianta berkaitan dengan spiritualitas pohon: sekarang, apakah yang terpenting di mata kita? Pohon-pohon besar Indonesia tidak boleh dilupakan. Di sejumlah desa, taman, kebun raya, dan hutan, kita masih dapat menjumpai beberapa pohon yang lahir dan tumbuh sejak sebelum Republik Indonesia berdiri. Pohon-pohon itu adalah saksi zaman. Mereka perlu dipelihara, dicintai, dan "diajak bicara". Pesan apakah yang mereka ingin sampaikan untuk masa depan?

Referensi:
Suta Naya Dhadhap Waru (Iman Budhi Santosa, Interlude, 2017)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun