"Sakmenika  mangga kita hening, nyuwun keselametan dateng  Gusti Allah. Sak bibare, kula badhe maos rapal, mangga sedaya nirokake-sekarang mari kita mohon keselamat dari Allah. Setelah itu saya akan membaca rapal dan semua menirukan," ujar Mbah S.
Sekejap kemudian rapal mengalir dari mulut kami. Setelah berulang tiga kali, Mbah S mengingatkan jika hendak dilukai musuh dengan pedang atau parang, ingatlah bahwa benda-benda itu terbuat dari besi, dan besi terbuat dari pasir. Pusatkan pikiran pada pasir, niscaya pedang jika mengenai badan tidak akan melukai karena yang terasa seperti sentuhan pasir ke badan.Â
Setelah itu kami diminta merentangkan tangan. Lelaki sakti itu kemudian mengambil pedang dan langsung menebaskankannya ke tangan kami. Jaket levis Joko robek, tetapi tidak terlihat darah menetes. Begitu juga saat samurai dan parang mengenai kulit, tidak satu pun dari kami menjerit. Terakhir Mbah S mengambil sebilah keris dan ditusuk-tusukan ke lengan kami beberapa kali. Tak ada darah, hanya ada bentol membiru bekas tusukan keris.Â
Gila, semua tak masuk akal, tetapi itulah yang kami alami pada saat mudun pisan (turun sekali) bertemu Mbah S. Konon setelah mudun kepitu, sang murid akan kebal terhadap berbagai senjata, termasuk peluru.
Pengalaman lainnya adalah saat  mengikuti lenggahan, acara kesepuhan yang melibatkan seorang pintar dan asisten (semacam pawang) yang mengendalikan tubuh orang pintar saat kemasukan roh lain (Eyang Polan, Eyang Anu, Eyang Siapa). Pengikut lenggahan bukan hanya rakyat biasa  yang ingin mendapat petunjuk, keberuntungan, dan perlindungan.Â
Sesekali dalam lenggahan itu ada peserta yang ingin mengeluarkan teluh/santet dari dalam tubuh mereka. Jarum, kawat, besi, rambut dikeluarkan dari bahu, perut, lengan dengan cara tidak biasa...
Begitulah, pengalaman mistis seringkali sulit dijelaskan secara rasional dan bisa mencakup perasaan kedekatan dengan alam semesta, momen spiritual mendalam, atau persepsi di luar kenyataan sehari-hari.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H