Mohon tunggu...
Herry Mardianto
Herry Mardianto Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Suka berpetualang di dunia penulisan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pengalaman Mistis

10 November 2023   15:46 Diperbarui: 10 November 2023   15:50 271
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesaksian Angin-cat minyak Wara Anindyah/Foto: Hermard

"Menika Mbah, wonten wesi kados keris alit-ini Mbah ada besi menyerupai keris kecil."

Lalu ia menyerahkan benda itu kepada si orang pintar. Merabanya, kemudian membungkusnya dengan kain putih dan menyerahkannya kepada si penemu sambil menyebutkan nama pusaka dan berpesan jangan lupa merumatnya dengan memberi sesaji.

Peristiwa lebih "horor" terjadi ketika saya kuliah di semester awal, saat di Yogya sedang ramai-ramainya dengan peristiwa operasi pemberantasan kejahatan terhadap para preman atau gali lewat petrus (penembak misterius). 

Korban penembakan  dibiarkan tergeletak di tengah jalan atau di bawah jembatan sehingga publik dapat menyaksikan  kekejaman peristiwa tersebut. Selain itu ada juga korban yang disembunyikan dan hingga kini tidak diketahui nasibnya. 

Meskipun begitu, beredar cerita secara sembunyi-sembunyi tentang kehebatan gali yang tak mempan senjata tajam dan peluru. Meskipun ditembak beberapa kali, mereka tetap selamat. 

Beredar isu kalau mereka diisi guru sakti mandraguna dari  Bantul, namanya Mbah S. Entah mengapa saya percaya begitu saja dengan cerita itu, termasuk kisah mengenai Slamet Gaplek-gali papan atas di Yogya- yang beberapa kali lolos dari incaran aparat. 

Diam-diam saya dan empat orang teman mencari sosok Mbah S, ingin membuktikan cerita mengenai kekebalan gali yang tak mempan peluru dan tebasan parang, serta samurai. Cerita mengenai Mbah S ternyata bukan hisapan jempol belaka.

"Sudah ketemu, rumahnya di daerah Bantul. Syaratnya harus mengadakan selamatan ketika mudun pisan. Kita tinggal setor uang, umba rampe-nya nanti disiapkan Mbah S. Syaratnya kita harus mantap berguru dan mencicipi semua hidangan yang disiapkan," jelas Joko bersemangat di tengah pertemuan lima orang yang penasaran.

Tiga hari kemudian kami berlima bertandang ke rumah Mbah S setelah isya. Kami duduk melingkar di antara Mbah S. Ia menanyai nama kami satu per satu. Kemudian beberapa piring hidangan selamatan tersaji di depan kami, jumlahnya belasan piring. Setelah didoakan, kami dipersilakan menikmati seluruh hidangan.

"Sampun ngantos onten sing mboten didhahar-jangan sampai ada makanan yang terlewatkan, semua harus dicicipi," pinta Mbah S.

Kami berlima saling berpandangan dan kemudian menikmati semua yang tersaji dengan mencomotnya sedikit-sedikit. Usai makan, Mbah S memberi kami waktu untuk istirahat. Ia masuk ke ruang dalam dan keluar membawa buku serta benda tajam berupa pedang, parang, samurai, keris, pisau, dan tombak kecil di dalam wadah nampan kayu besar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun