Mohon tunggu...
Herry Mardianto
Herry Mardianto Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Suka berpetualang di dunia penulisan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pengalaman Mistis

10 November 2023   15:46 Diperbarui: 10 November 2023   15:50 271
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesaksian Angin-cat minyak Wara Anindyah/Foto: Hermard

"Tetaplah lihat ke atas, sebentar lagi pasti ada tuju  lewat," pinta Zulkipli.

Kami berenam duduk di bangku panjang di halaman rumah keluarga Zulkipli sambil menjaga kedai yang dikelola ayah Kipli.

Benar saja, tak begitu lama kemudian ada benda menyerupai rantai berapi melesat membelah langit. Tanpa dikomando, beramai-ramai kami menunjuk benda yang melaju di angkasa sambil berteriak hampir bersamaan, "Tuju...!" 

Sekejap kemudian benda berapi menyerupai bola rantai itu ambyar dan apinya padam. Hampir setiap hari ada saja tuju yang melintas di angkasa.

Tuju dalam kepercayaan masyarakat tradisional tempat saya tinggal merupakan  teluh atau santet yang dikirimkan seseorang melalui dukun atau orang pintar, merupakan  praktik supranatutal. Tujuannya untuk menyakiti/merugikan orang lain atau menyebabkan kesengsaraan pada seseorang dengan cara menggunakan  ilmu hitam (black magic). 

Konon santet berkaitan erat dengan kepercayaan pada kekuatan mistis dan roh jahat. Tuju umumnya berupa bungkusan kecil dari kain mori yang diikat menyerupai pocong. Isinya bisa berupa paku, kawat, jarum, benda logam lainnya, rambut, benang, dan lainnya. Katanya, tuju tidak mempan terhadap orang yang tidur di atas jam dua belas malam atau orang yang tidur di lantai.

Rasa penasaran terhadap hal-hal yang di luar nalar semakin menguat setelah masuk SMA di Yogyakarta. Saya terkagum-kagum dengan perguruan pencak silat yang bisa mengendalikan orang lain dari jauh, menggunakan tenaga dalam untuk menghantam es balok atau per mobil. 

Suatu ketika saya ikut mencari benda pusaka, diajak teman ke sebuah sungai di timur Yogya pada malam hari. Setelah teman berdiri tegak, hening (mungkin ia melakukan ritual), tak lama kemudian dari arah barat ada sinar terang melintas di udara menuju ke arah kami.  Sinar itu menghilang di semak sekitar kami. Teman bergegas menghampiri semak itu, dalam sekejap sebuah keris ada di genggaman tangannya. 

Pengalaman lainnya saat diajak orang pintar ke kompleks pemakaman desa Srandakan, Bantul, bersama lima orang lainnya untuk mencari pusaka. Orang pintar itu kedua matanya tak bisa melihat. Ia minta dituntun ke tengah makam setelah jam dua belas malam. Ia duduk bersila, mulutnya komat kamit. Lima orang mengelilingi dua nisan.

"Lor, wetan, kidul...utara, timur, selatan," ujar si orang pintar.

Para pandereknya (pengikut) serentak mengarahkan pandangan mata mereka sesuai dengan arah yang diucapkan orang pintar. Tangan mereka pun  meraba-raba seputar nisan. Kain putih yang menutupi batu nisan pun tak luput dari rabaan. Setelah sekian lama mencari, tiba-tiba ada yang berteriak pelan,

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun