Mohon tunggu...
Herry Mardianto
Herry Mardianto Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Suka berpetualang di dunia penulisan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Membakar dan Menghanyutkan Sampah: Cerita Tiada Akhir

25 Juni 2023   23:47 Diperbarui: 26 Juni 2023   20:30 771
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Orang-orang desa tidak menyadari jika sampah bisa menghambat aliran air yang menyebabkan banjir. Mereka tampaknya mengabaikan iklan layanan sosial yang ditayangkan televisi menyangkut banjir yang disebabkan pembuangan sampah ke sungai/saluran air.

Sedihnya lagi, di sisi utara ada penduduk yang punya usaha pemotongan ayam dan setiap selepas subuh membuang limbah pemotongan ke selokan.

Jika musim kemarau, mereka tetap membuang dan menumpuk sampah ke selokan (yang mengering) untuk kemudian dibakar. Dalam kasus ini saya teringat salah satu peristiwa yang dialami warga Yogya. 

Ia bercerita tentang pembakaran sampah yang biasa dilakukan oleh masyarakat, termasuk masyarakat DIY. 

Padahal, dampak dari pembakaran sampah tidak baik karena asapnya menimbulkan efek tidak sehat, menyebabkan sesak napas, bau rumah menjadi tidak sedap, pakaian yang dijemur berbau asap, batuk-batuk, menggangu pernapasan, mengancam kesehatan balita dan lansia. 

Ia pernah mencoba berbicara dengan tetangga yang membakar sampah, tapi jawabannya ada saja. Misalnya, pelaku membakar di pekarangannya sendiri, kalau ikut langganan pengambilan sampah mahal. Bahkan, sampai ditantang berkelahi hanya karena masalah sampah.

Meskipun pemerintah DIY mengeluarkan Perda baru No. 1 Tahun 2022 sebagai perubahan Perda No. 10 Tahun 2012, kenyataannya sebagian masyarakat di Yogyakarta, terutama di wilayah pedesaan masih saja dengan santai membakar sampah atau membuang sampah ke selokan/sungai tanpa rasa bersalah. 

Agaknya sosialisasi kepada masyarakat mengenai pengelolaan sampah berdasarkan tanggung jawab, kesadaran, kebersamaan, dan kesehatan/keselamatan perlu terus digencarkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun