Mohon tunggu...
Roni Bani
Roni Bani Mohon Tunggu... Guru - Guru SD

SD Inpres Nekmese Amarasi Selatan Kab Kupang NTT. Suka membaca dan menulis seturut kenikmatan rasa. Menulis puisi sebisanya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Catatan Ringkas Ziarah Komunitas Jemaat Lokal di Koro'oto Pah Amarasi

17 Mei 2024   17:20 Diperbarui: 17 Mei 2024   20:42 401
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Ringkasan Sejarah GMIT Jemaat Pniel Tefneno' Koro'oto[1]

 

Latar Belakang

 

Jauh sebelum datangnya agama Kristen (Katolik dan Protestan), masyarakat adat telah hidup dengan keyakinannya (agamanya) yakni Re'u. Tempat di mana mereka berkumpul untuk melakukan ritual menurut keyakinan itu disebut Uim Re'u dengan lokasinya disebut Poo'Re'u. Masyarakat penganut Re'u meyakini adanya Uisneno (mnanu' dan  para'). Di samping keduanya terdapat pula Uis Oe, Uis Afu, dan ragam fuat maruna' (benda/sarana ritual keagamaan) lainnya. 

Selain ritual penyembahan yang dilakukan di dalam Poo'Re'u/Uim Re'u, masyarakat dapat melakukan ritual di luar kompleks sesuai keyakinan bahwa di tempat di mana ritual itu dilakukan dipastikan ada usif (tuan, tuhan, dewa/dewi).

Sampai awal abad XX (sekitar 1910-an) para pekabar Injil telah tiba di wilayah Pemerintahan Swapraja Amarasi. Perang Penfui telah menjadi tonggak sejarah bagi perkembangan agama Kristen (Protestan) di Swapraja Amarasi.

Tahun 1910, Sekolah Rakyat (SR) berdiri di Oekabiti dan beberapa tempat di wilayah Swapraja Amarasi. Di samping menjadi institusi pendidikan juga sebagai institusi pemuridan bagi Kristus Yesus. Pada titik waktu ini, masyarakat Amarasi menerima agama Kristen melalui murid-murid sekolah. Mereka dididik dan diajarkan untuk membaca, menulis dan berhitung agar memiliki tiga pengetahuan dan ketrampilan dasar itu. Ketika mereka memiliki ketrampilan dasar membaca, maka kepada mereka diajarkan membaca Alkitab.

Kemampuan membaca Alkitab yang baik mengantar mereka untuk tiba pada penerimaan ajaran gereja (Yesus Kristus dan ajaran-Nya), sehingga dapat menerima sakramen baptisan kudus.

 

 

Injil Masuk ke Koro'oto

 

Beberapa anggota kaum muda Koro'oto  menjadi murid SR (Sekolah Rakyat/Volkschool) di Oekabiti. Mereka pun dimuridkan yang selanjutnya menerima baptisan kudus.

Pada tahun 1913, SR/VS dipindahkan ke Noeko'u (Koat/Tesbatan). Murid-murid SR/VS datang dari banyak tempat di sekitarnya. Proses belajar yang sama diberlakukan kepada semua murid SR/VS hingga pemuridan dan pembaptisan. Mereka yang dianggap memiliki kemampuan lebih (plus) dapat diteguhkan menjadi anggota sidi. Mereka yang telah menjadi anggota sidi ditugaskan untuk pemuridan pada orang tua dan keluarganya.

Tahun 1920, SR/VS di Noeko'u terbakar. Selanjutnya bangunan SR/VS dipindahkan ke Hauhena' (Apren sekarang). Di tempat ini murid bertambah. Anggota sidi pun bertambah.

Antara 1910 -- 1920-an pemuridan oleh SR/VS makin berkembang. Kaum muda Koro'oto makin bertambah, tetapi berapa angka persisnya tidak dapat disebutkan, oleh karena mereka pun "berhasil" memuridkan orang tua dan kerabat dalam jumlah terbatas.

Mereka yang berhasil dapat disebutkan di antaranya: Jusak Bani (Bois), Marthinus Bani (Bois), David Saebesi, Manase Bani (Rassi), Welhelmina Ora (menikah hingga namanya menjadi Welhelmina Takain-Ora).Barnabas Bani (Olla), Thimotius Saebesi[2]. Sementara yang cukup dengan menerima baptisan dan peneguhan sidi tanpa usaha pemuridan seperti: Thobias Bani (Nakmofa), Piter Bani, Arkhilaus Ora, Joram Rasi. Keempat orang yang disebutkan terakhir ini merupakan orang pertama yang bersekolah di SR/VS Oekabiti.

Pada tahun 1928, Sekolah Desa Buraen (SD Kefetoran Buraen) berdiri. Murid dari kampung-kampung Koro'oto dan sekitarnya berbondong-bondong bersekolah ke sana. Mereka antara lain: Zacharias Bani,  Chornelius Ora, Frans Bani, Anderias Saebesi, Felpina Nubatonis, Matias Bani, Wellem Orafeto, Dirk Bani, Mozes Masneno, dan lain-lain.

Mereka yang berhasil menamatkan SD di Buraen (tamat kelas 3) dapat melanjutkan ke VerVolkshool (VVS) di Bakunase Kupang, dan sekolah-sekolah lanjutan di Kota Kupang.

Para murid yang bersekolah di baik di Hauhena', Buraen mau pun di Kota Kupang sudah dapat memberi pengaruh pada dunia keagamaan (lama) masyarakat Koro'oto. Mereka berkumpul membaca Alkitab, berdoa dan bernyanyi bersama di Kuareno'. Perlahan dalam kepastian alur yang diatur Tuhan.

Akhirnya, agama baru diterima oleh kalangan masyarakat mulai dari para Meo (imam Re'u, pemimpin perang), 'Nakaf (Kepala kampung) dan para Amnasit  (pemimpin komunitas keluarga) dan masyarakat. Penerimaan ini terjadi setelah saling "berkompetisi" mempertontokan bukti keimanan yakni memanggil hujan. Para meo gagal memanggil hujan, sementara para penganut agama baru menurut Injil Yesus Kristus sukses memanggil hujan.

Kepala Kampung ('nakaf ) mengizinkan menggunakan Balai Pertemuan di pusat kampung Koro'oto untuk dijadikan rumah ibadah. Lama, tidak membangunr rumah ibadah, 'Nakaf sempat meminta untuk bergeser ke salah satu rumah kosong yang ditinggalkan pemiliknya yang pindah ke Bimosu. Pemilik rumah itu bernama Yohanis Ora.

Pada tahun 1943 Utusan Injil (UI) Zacharias Fini Ruku tiba. Ia diutus oleh Badan Pelayanan Gereja dari Baun. Bersama UI Zacharias Fini Ruku, para penganut agama baru mulai membangun rumah ibadah. Rumah ibadah dibangun di satu lokasi yang disebutkan nama sebelumnya yakni Haar Oo, diganti namanya menjadi Rua'rofo'[3]. Nama ini diberikan oleh UI Zacharias Fini Ruku. Rumah ibadah ini dinamakan Nefo 'Kuku 'Honis (Kolam Keselamatan). Nama ini disetujui bersama oleh karena konteks lokus Haar Oo/Rua'rofo' di mana kontur tanah di lingkungan sekitarnya lembut cenderung becek, dan retak bila musim panas berkepanjangan. Tahun 1944 terjadi isteri UI Zacharias Fini Ruku meninggal.

Pada tahun 1945, terjadi pernikahan pertama di Koro'oto. Pernikahan ini diikuti oleh 3 pasang mempelai, yakni UI Zacharias Fini Ruku-Felpina Nubatonis, UI Marthinus Bani (Nabubois)-Ruth Ora, Jusak Bani (Bois)-Baceba Rassi.

 

 

***

  

Periode Pembentukan Desa Gaya Baru

 

Antara tahun 1945 -- 1970-an anggota jemaat Koro'oto makin bertambah. Migrasi masyarakat Koro'oto ke beberapa tempat diikuti dengan pembentukan komunitas berjemaat. Tersebutlah Jemaat di Tuamese untuk masyarakat Koro'oto di Tuamese, Oepoi dan Nunu'nene'. Jemaat ini mengambil tempat di sana berhubung para penggembala ternak mendiami area ini.

Pada tahun 1951 SR GMIT Koro'oto berdiri. Jemaat Koro'oto di Tuamese mengadakan ibadah Minggu di SR GMIT Koro'oto sambil membangun rumah ibadah.

Pada waktu yang kira-kira bersamaan dalam masa antara 1945 -- 1970-an masyarakat Kuanfau, Timu dan Fo'asa membentuk Komunitas berjemaat di Takah.  Mereka yang bermigrasi ke arah Timur membentuk Jemaat di Kuankiu-Kuasurat-Noenaak yang pada akhirnya dinamakan Bokhim Noenaak (kini masuk desa Rabeka). Jemaat di Kuankiu-Kuasurat-Noenaak dipimpin oleh UI Marthinus Bani (Nabubois). Ia digantikan oleh David Saebesi yang mengembangkan pelayanan ke arah Barat yakni di Bimosu.

Komunitas keluarga Bani-Ora, Bijae-Ranboki menempati Bimous/Bimosu. David Saebesi membentuk Jemaat di sana bersama mereka.

Sementara itu keluarga besar Bani-Ora dan rumpun keluarga yang menempati Makuni, Tutun, dan sekitarnya membntuk satu jemaat di sana bernama Sabar.

Ketika desa gaya baru dibentuk antara 1968 -- 1975, keluarga besar Masneno dan sebahagian keluarga Ora dan Saebesi pindah ke Haumoro dan Tainbira hingga Bileno (Fatuknutu'). Mereka membentuk jemaat baru dan bergabung ke desa Tesbatan.

Bangunan utama Nefo 'Kuku 'Honis (Kolam Keselamatan) dibongkar dan disatukan dengan Jemaat Koro'oto yang berada di Tuamese. Sementara itu yang berada di Takah bergabung ke Ebenhaezer Naimuti'. Mereka yang berada di Makuni dan sekitarnya ada yang bergabung ke Muikmasik (Apren) dan ada pula yang bergabung ke Neke (Apren). Di sana mereka menjadi bagian dari masyarakat desa Apren.

Bimosu bergabung ke desa Oebesi, dan Noenaak pada waktu itu bergabung ke desa Enoraen.

David Saebesi yang sempat ke Kba'an membentuk jemaat Siloam yang kini masuk desa Retraen; demikian pula jemaat Bethania Naet dalam desa Nekmese.

Sampai dengan saat ini telah terdapat pendeta-pendeta yang melayani sebagai berikut:

  • Pdt. Theofilus Ora (1972 -- 2002)
  • Pdt. Jesmarlianus Riwu Djonaga, M.Th (2002 - 2009)
  • Pdt. Nivlen Marhaelnis Tari, S.Th (2009 -- 2015)  
  • Pdt. Ivonei Isliko-Nalle, S.Si.Teol (2015 -- Juni 2019)
  • Pdt. Papi A. Ch. Zina (Ketua: Juni 2019 -- Januari 2024) dan Pdt. Yulita Y. Zina-Lero, S.Th (Wakil Ketua Juni 2019 -- Januari 2024)
  • Pdt. Yulita Y. Zina-Lero, S.Th (Ketua; Januari 2024 -- Mei 2024 )

 

Setiap pemimpin yang dikirim oleh Majelis Sinode GMIT bekerja bersama anggota Majelis Jemaat yang dipilih dalam setiap periode pelayanan selama 4 tahun.

Dinamika perkembangan yang terjadi tak dapat seluruhnya ada dalam penggalan ingatan ini. Kiranya catatan penggalan ingatan ini bermanfaat.

Tuhan memberkati.

Penulis (Roni Bani) dalam satu kesempatan presentase; dokpri
Penulis (Roni Bani) dalam satu kesempatan presentase; dokpri

 

 

 

 

Umi Nii Baki-Koro'oto, 17 Mei 2024

 

 

[1]Ditulis sebagai penggalan ingatan untuk memenuhi permintaan anak-anak Koro'oto yang menjalani perkuliahan pada beberapa kampus Teologi Kristen; Tulisan ini tidak serta-merta 100% kebenarannya/keabsahannya, karena hanya penggalan ingatan; dari beberapa catatan yang pernah ditulis

[2] Dialah orang yang menerima besluit untuk menjadi Guru Injil pertama di Bena', Koro'oto dan sekitarnya. Besluit tertanggal 1 Agustus 1931 dijadikan tanggal berdirinya Jemaat Koro'oto

[3]Nama Rua'rofo ~ dibentuk dari dua kata ruan ~ Kampung dan krofo' ~ lumpur. Berhubung orang yang mengucapkannya menggunakan Bahasa Amarasi Roi'is, kuan menjadi ruan; Ruan Krofo'  sebagai kata bentukan yang indah menjadi Rua'rofo' ~ kampung berlumpur; kampung dengan kontur tanah yang lembek/becek, dan retak bila musim panas dalam waktu lama, berdampak mudah longsor. Rua'rofo' ditinggalkan mulai tahun 1968 - 1975 ketika pembentukan desa gaya baru. Bangunan gereja pun ikut dibongkar

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun