Beberapa anggota kaum muda Koro'oto  menjadi murid SR (Sekolah Rakyat/Volkschool) di Oekabiti. Mereka pun dimuridkan yang selanjutnya menerima baptisan kudus.
Pada tahun 1913, SR/VS dipindahkan ke Noeko'u (Koat/Tesbatan). Murid-murid SR/VS datang dari banyak tempat di sekitarnya. Proses belajar yang sama diberlakukan kepada semua murid SR/VS hingga pemuridan dan pembaptisan. Mereka yang dianggap memiliki kemampuan lebih (plus) dapat diteguhkan menjadi anggota sidi. Mereka yang telah menjadi anggota sidi ditugaskan untuk pemuridan pada orang tua dan keluarganya.
Tahun 1920, SR/VS di Noeko'u terbakar. Selanjutnya bangunan SR/VS dipindahkan ke Hauhena' (Apren sekarang). Di tempat ini murid bertambah. Anggota sidi pun bertambah.
Antara 1910 -- 1920-an pemuridan oleh SR/VS makin berkembang. Kaum muda Koro'oto makin bertambah, tetapi berapa angka persisnya tidak dapat disebutkan, oleh karena mereka pun "berhasil" memuridkan orang tua dan kerabat dalam jumlah terbatas.
Mereka yang berhasil dapat disebutkan di antaranya: Jusak Bani (Bois), Marthinus Bani (Bois), David Saebesi, Manase Bani (Rassi), Welhelmina Ora (menikah hingga namanya menjadi Welhelmina Takain-Ora).Barnabas Bani (Olla), Thimotius Saebesi[2]. Sementara yang cukup dengan menerima baptisan dan peneguhan sidi tanpa usaha pemuridan seperti: Thobias Bani (Nakmofa), Piter Bani, Arkhilaus Ora, Joram Rasi. Keempat orang yang disebutkan terakhir ini merupakan orang pertama yang bersekolah di SR/VS Oekabiti.
Pada tahun 1928, Sekolah Desa Buraen (SD Kefetoran Buraen) berdiri. Murid dari kampung-kampung Koro'oto dan sekitarnya berbondong-bondong bersekolah ke sana. Mereka antara lain: Zacharias Bani, Â Chornelius Ora, Frans Bani, Anderias Saebesi, Felpina Nubatonis, Matias Bani, Wellem Orafeto, Dirk Bani, Mozes Masneno, dan lain-lain.
Mereka yang berhasil menamatkan SD di Buraen (tamat kelas 3) dapat melanjutkan ke VerVolkshool (VVS) di Bakunase Kupang, dan sekolah-sekolah lanjutan di Kota Kupang.
Para murid yang bersekolah di baik di Hauhena', Buraen mau pun di Kota Kupang sudah dapat memberi pengaruh pada dunia keagamaan (lama) masyarakat Koro'oto. Mereka berkumpul membaca Alkitab, berdoa dan bernyanyi bersama di Kuareno'. Perlahan dalam kepastian alur yang diatur Tuhan.
Akhirnya, agama baru diterima oleh kalangan masyarakat mulai dari para Meo (imam Re'u, pemimpin perang), 'Nakaf (Kepala kampung) dan para Amnasit (pemimpin komunitas keluarga) dan masyarakat. Penerimaan ini terjadi setelah saling "berkompetisi" mempertontokan bukti keimanan yakni memanggil hujan. Para meo gagal memanggil hujan, sementara para penganut agama baru menurut Injil Yesus Kristus sukses memanggil hujan.
Kepala Kampung ('nakaf ) mengizinkan menggunakan Balai Pertemuan di pusat kampung Koro'oto untuk dijadikan rumah ibadah. Lama, tidak membangunr rumah ibadah, 'Nakaf sempat meminta untuk bergeser ke salah satu rumah kosong yang ditinggalkan pemiliknya yang pindah ke Bimosu. Pemilik rumah itu bernama Yohanis Ora.
Pada tahun 1943 Utusan Injil (UI) Zacharias Fini Ruku tiba. Ia diutus oleh Badan Pelayanan Gereja dari Baun. Bersama UI Zacharias Fini Ruku, para penganut agama baru mulai membangun rumah ibadah. Rumah ibadah dibangun di satu lokasi yang disebutkan nama sebelumnya yakni Haar Oo, diganti namanya menjadi Rua'rofo'[3]. Nama ini diberikan oleh UI Zacharias Fini Ruku. Rumah ibadah ini dinamakan Nefo 'Kuku 'Honis (Kolam Keselamatan). Nama ini disetujui bersama oleh karena konteks lokus Haar Oo/Rua'rofo' di mana kontur tanah di lingkungan sekitarnya lembut cenderung becek, dan retak bila musim panas berkepanjangan. Tahun 1944 terjadi isteri UI Zacharias Fini Ruku meninggal.