"Eh, kau Bertus, ini rumah sakit" ucapku sekenanya. Bertus adalah sepupuku.Â
    Aduh. Kepalaku masih berat dan sakit. Ku coba rangkum dengan tangan kananku. Auu..perih dan nyeri. Rupanya tanganku diinfus.
    "Jangan banyak gerak, dongo!" kali ini suara perempuan. Ku edarkan ke mana asal suara itu. Sebelah kiriku ternyata. Oh itu emak.
    "Mak..maafin Belong. Kapok!"
     "Alah kau. Jika begini baru sadar. Ngomong ngomong apa rasanya telan kecubung, hah?"
     Aku diam saja. Aku hanya mengamati sekitar. Sialan, mulutku kering sekali.
     "Ber, kasih air bocah nakal ini" pinta emak.
     Aku mendorong pundakku untuk mengenakkan posisi minum. Aduh segarnya.
    "Tak jawab, kau?" tanya emak lagi.
    Baru bernapas 10 detik, tiba tiba seorang masuk. Dia perpakain seragam abu dan rapi. Posturnya gagah. Oh Tuhan, untuk apa polisi ke sini.
     "Selow brayy..." kata Bertus yang seolah tau.Â