Berupa karnaval budaya untuk mengingatkan tentang kalender bulan islam atau bulan rukwah dalam kalender Jawa. Umumnya dilakukan dalam rangka menyambut datangnya bulan Ramadhan.
Tradisi Megibung diperkenalkan oleh Raja Karangasemyaitu I Gusti Agung Anglurah Ketut Karangasem sekitar tahun 1614 Caka atau 1692 Masehi. Tradisi ini dibawa oleh I Gusti Agung Anglurah Ketut Karangasem saat menang perang dalam menaklukan kerajaan-kerajaan di Sasak, Lombok.
 Tradisi Megibung dilakukan dengan kegiatan saling berbagi,  makan bersama.
Megengan adalah tradisi masyarakat Jawa Timur dalam menyambut bulan Ramadhan. Megengan diambil dari bahasa Jawa yang artinya menahan. Megengan berarti suatu peringatan bahwa sebentar lagi akan memasuki bulan Ramadhan, bulan dimana umat islam diwajibkan berpuasa, yaitu menahan untuk tidak melakukan perbuatan-perbuatan yang dapat menggugurkan ibadah puasa tersebut.
Tahun ini, Megengan dilakukan di depan masjid Al-Akbar atau masjid Agung Surabaya, Jumat (3/5/2019). Ada 21.000 kue apem yang diperebutkan oleh ratusan jamaah laki-laki dan perempuan hingga anak-anak. Kue apem diletakkan di atas tempat khusus yang dijajarkan di pelataran masjid. (Kompas.com)
Megengan Kubro dihadiri oleh Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa dan walikota Surabaya, Tri Rismaharini. Kue Apem bagi masyarakat Jawa memiliki makna filosofi. Apem berasal dari bahasa arab "Afwun" yang artinya maaf. Sebelum memasuki bulan puasa, hendaknya saling memaafkan satu sama lain.
Warga bersiap-siap membagikan kue apem saat digelar 'Megengan Kubro' di Masjid Al Akbar Surabaya, Jawa Timur, Jumat (3/5/2019).Â