Mohon tunggu...
Herini Ridianah
Herini Ridianah Mohon Tunggu... Guru - write with flavour

pemerhati sosial dan pendidikan, guru les MIPA

Selanjutnya

Tutup

Kurma

Wah, Ternyata Ada Miripnya! 13 Tradisi Menyambut Ramadhan dari Berbagai Penjuru Indonesia

10 Mei 2019   02:15 Diperbarui: 10 Mei 2019   02:49 233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kedatangan bulan Ramadhan selalu disambut gegap gempita oleh berbagai lapisan masyarakat Indonesia. Indonesia dengan negeri mayoritas muslim terbesar, tentu saja memiliki berbagai tradisi unik menyambut bulan suci. Tak mengherankan jika pengalaman Ramadhan di Indonesia akan berkesan dan sangat dirindukan. Selain berburu takjil menjelang berbuka, bangunin orang sahur yang unik, jalan-jalan ngabuburit, buka bersama, hingga mudik di akhir Ramadhan menyambut hari raya idhul fitri. 

Di tulisan kali ini, dalam rangka program thr2019hari 4 dan samber thr, saya akan kupas sedikit tentang  tradisi menyambut datangnya bulan suci Ramadhan dari berbagai penjuru Indonesia. Berikut 13 diantaranya:

1. Nyadran -- Jawa

Nyadran disebut juga nyekar, merupakan tradiii khas masyarakat Jawa menjelang datangnya bulan suci Ramadhan. Nyadran berasal dari bahasa Sanskerta, sraddha yang artinya keyakinan. Dalam bahasa Jawa, Nyadran berasal dari kata sadran yang artiya ruwah syakban. Nyadran dilakukan dengan membersihkan makam saudara, kerabat, orangtua sambil tabur bunga dan berdoa.

2. Munggahan -- Masyarakat Sunda

Bulan Ruwah atau Sya'ban yang jatuh menjelang puasa dimaknai sebagai momentum merajut kekeluargaan dan kekerabatan. Sebelum mereka bersama-sama menjalankan puasa Ramadhan seluruh anggota keluarga berkumpul di kediaman keluarga yang paling tua atau orangtua. Itulah tradisi munggahan.

Dalam momen kekeluargaan, mereka ngariung (makan dan kumpul) bersama. Terlebih dahulu mereka berziarah ke makam-makam orangtua dan saudara. Sesudah itu mereka menuju tempat rekreasi seperti Curug, taman gunung, kolam pemandian, yang diakhiri dengan makan bareng keluarga (botram). Saat ini,umumnya tradisi munggahan dilakukan dengan cukup berziarah ke makam lalu makan bareng keluarga besar saja.

Foto : koropak.co.id
Foto : koropak.co.id
3. Dugderan -- Semarang, Jateng

Tradisi ini berlangsung sejak abad 19 yang bermula dari acara penentuan awal Ramadhan. Kali ini dugderan dilakukan seperti pesta rakyat, karnaval, tari japin, hingga tabuh bedug. Acara ini menjadi acara tahunan masyarakat Semarang yang ditunggu-tunggu. Tetap dengan acara awal yaitu pengumuman awal puasa Ramadhan.

Foto : TribunNews.com
Foto : TribunNews.com
4. Meugang-Aceh

Sudah berlangsung sejak ratusan tahun silam di masa kerajaan Aceh yang dipimpin Sultan Iskandar Muda. Ketika itu Sultan Iskandar Muda melakukan kebiasaan memotong hewan sapi, kambing dalam jumlah banyak dan dagingnya dibagikan ke masyarakat menjelang kedatangan Ramadhan. Biasanya tradisi Meugang dilakukan 3 kali dalam setahun, yaitu saat menjelang Ramadhan, Idhul Fitri dan Idhul Adha.

Foto : wantinurjadidah.blogspot.com
Foto : wantinurjadidah.blogspot.com
5. Perlon Unggahan -- Banyumas, Jateng

Tradisi Perlon Unggahan sudah berlangsung sejak beberapa abad silam. Biasanya seminggu sebelum bulan puasa, masyarakat di desa Pekuncen, Jati lawang, Banyumas, Jawa Tengah melakukan tradisi ini. Perlon Unggahan dimulai dari mengunjungi makam Bonokeling tanpa alas kaki, dengan menjinjing 'Ambeng'. Di makam Bonokeling tersebut, 6 Kasepuhan berdoa (ziarah) dengan khusyuk. Kasepuhan tersebut terdiri dari Kasepuhan Kyai Mejasari, Kyai Padawirja, Kyai Wiryatpada, Kyai Padawitama, Kyai Wangsapada dan Kyai Naya Leksana.

Setelah itu, diadakan makan besar yang diramaikan oleh warga sekitar. Tersedia berbagai macam makanan tradisional namun yang pasti harus ada adalah nasi bungkus, serundeng sapi dan sayur becek (berkuah). Uniknya, serundeng sapi dan sayur becek, harus disajikan oleh 12 lelaki dewasa. Ataupun dapat disesuaikan dengan jumlah korban sapi yang disembelih. Setelah itu, biasanya para warga akan berebut makanan tersebut dengan mitos dapat menambah keberkahan di bulan Ramadhan.

Foto : maiololo.com
Foto : maiololo.com
6. Malamang- Minangkabau, Sumbar

Malamang artinya membuat lemang.Tradisi malamang biasanya dilakukan untuk menyambut hari-hari penting dalam ajaran islam, terutama menyambut bulan suci Ramadhan. Tradisi ini telah berlangsung sejak ratusan tahun silam,dan berlangsung secara turun temurun sampai sekarang.

Menurut Tambo (kisah yang meriwayatkan tentang asal usul dan kejadian masa lalu yang terjadi di Minangkabau) tradisi ini berlangsung dari peran Syekh Burhanuddin (Pembawa ajaran Islam Minang Kabau). Saat itu Syekh Burhanuddin melakukan perjalanan ke daerah pesisir Minangkabau untuk menyampaikan agama Islam serta bersilaturrahmi ke rumah penduduk.

Dari kunjungannya,masyarakat sering memberikan makanan yang masih diragukan kehalalannya. Dia pun menyarankan kepada masyarakat yang dikunjungi agar mencari bambu,kemudian mengalasnya dengan daun pisang muda.Setelah itu dimasukan Beras ketan putih dan santan,kemudian dipanggang di atas tungku kayu bakar.Syekh Burhanuddin pun menyarankan kepada setiap masyarakat agar menyajikan makanan lamang ini menjadi simbol makanan yang dihidangkan dalam silaturahim.

foto : AntaraNews.com
foto : AntaraNews.com
7. Kirab Dandangan -- Kudus Jateng

Berawal saat santri-santri menunggu pengumuman dari sunan kudus tentang awal puasa. Setelah diumumkan, bedug ditabuh. Ritual pengumuman itu menarik pedagang untuk membuka lapak dagangan. Kini seperti kirab budaya. Dimulai dua minggu sebelum datangnya bulan Ramadhan dan berakhir pada malam hari menjelang sahur pertama. Bermakna tanda saling mengingatkan setelah datangnya bulan suci Ramadhan sekaligus mempererat silaturahmi.

foto : perumahankuduspermai.com
foto : perumahankuduspermai.com
8. Nyorog -- Betawi

Nyorog adalah tradisi memberikan bingkisan makanan kepada saudara yang lebih tua, seperti bapak, ibu, mertua, paman, bibi, kakek atau nenek. Tradisi ini masih berlangsung sampai sekarang. Jika dulu isi bingkisan berupa masakan matang, sekarang sebagian telah berganti dengan biskuit, kopi, gula, teh.

Foto : THIDINEWS
Foto : THIDINEWS
9. Gebyar Ki Aji Tunggal -- Jepara, Jateng

Berupa karnaval budaya untuk mengingatkan tentang kalender bulan islam atau bulan rukwah dalam kalender Jawa. Umumnya dilakukan dalam rangka menyambut datangnya bulan Ramadhan.

Foto : R.Lisa FM Jepara
Foto : R.Lisa FM Jepara
10. Megibung -- Bali

Tradisi Megibung diperkenalkan oleh Raja Karangasemyaitu I Gusti Agung Anglurah Ketut Karangasem sekitar tahun 1614 Caka atau 1692 Masehi. Tradisi ini dibawa oleh I Gusti Agung Anglurah Ketut Karangasem saat menang perang dalam menaklukan kerajaan-kerajaan di Sasak, Lombok.

 Tradisi Megibung dilakukan dengan kegiatan saling berbagi,  makan bersama.

Foto :ulinulin.com
Foto :ulinulin.com
11. Megengan- Surabaya,Jatim

Megengan adalah tradisi masyarakat Jawa Timur dalam menyambut bulan Ramadhan. Megengan diambil dari bahasa Jawa yang artinya menahan. Megengan berarti suatu peringatan bahwa sebentar lagi akan memasuki bulan Ramadhan, bulan dimana umat islam diwajibkan berpuasa, yaitu menahan untuk tidak melakukan perbuatan-perbuatan yang dapat menggugurkan ibadah puasa tersebut.

Tahun ini, Megengan dilakukan di depan masjid Al-Akbar atau masjid Agung Surabaya, Jumat (3/5/2019). Ada 21.000 kue apem yang diperebutkan oleh ratusan jamaah laki-laki dan perempuan hingga anak-anak. Kue apem diletakkan di atas tempat khusus yang dijajarkan di pelataran masjid. (Kompas.com)

Megengan Kubro dihadiri oleh Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa dan walikota Surabaya, Tri Rismaharini. Kue Apem bagi masyarakat Jawa memiliki makna filosofi. Apem berasal dari bahasa arab "Afwun" yang artinya maaf. Sebelum memasuki bulan puasa, hendaknya saling memaafkan satu sama lain.

Warga bersiap-siap membagikan kue apem saat digelar 'Megengan Kubro' di Masjid Al Akbar Surabaya, Jawa Timur, Jumat (3/5/2019). 

Foto : Gesuri.com
Foto : Gesuri.com
12. Bajong Banyu -- Magelang

Bajong Banyu adalah tradisi membersihkan diri sebelum bulan puasa. Bajong Banyu berarti pula perang air. Masyarakat biasanya berkumpul di balai desa. Sebelum dilangsungkan bajong banyu, terlebih dahulu ditampilkan berbagai kesenian tradisional sejak pagi hingga memasuki duhur. Kemudian, setelah itu masih dilanjutkan pertunjukan kesenian tradisional. Adapun untuk malam hari masih dilakukan pentas kesenian juga.

Selanjutnya, sekitar pukul 14.30 WIB, dimulai prosesi pengambilan air suci dari Sendang Dawung. Dalam pengambilan air suci ini dilakukan oleh para tokoh masyarakat diikuti warga setempat dengan beriring-iringan. Mereka berjalan, mengambil air suci dengan menggunakan kendi dan tempayan.

Setelah mengambil air suci di sendang, kemudian diarak kembali menuju lapangan yang dijadikan tempat perang air. Air dari sendang kemudian dituangkan dalam gentong besar dan didoakan. Warga kemudian membasuh muka dengan mengambil air di gentong tersebut, terus diakhiri dengan perang air.(detik.com)

Foto : Berita Magelang.com
Foto : Berita Magelang.com
13. Balimau -- Minangkabau

Balimau adalah tradisi masyarakat Minangkabau menyambut bulan suci Ramadhan. Tradisi ini dilakukan sejak berabad-abad silam dan bermakna pembersihan diri lahir dan bathin. Balimau diwujudkan melalui upacara mandi dengan menggunakan air bercampur limau (jeruk).

Terkadang, masyarakat Minangkabau juga menambahkan air tersebut dengan beberapa ramuan alami beraroma wangi, seperti daun pandan, bunga kenanga, dan akar tanaman gambelu. Selanjutnya, air beraroma semerbak itu dibasuh ke sekujur badan hingga kepala. Seluruh rangkaian ini biasanya dilakukan di tempat pemandian pribadi.

Foto : GoodNewsIndonesia
Foto : GoodNewsIndonesia
Demikianlah 13 tradisi unik menyambut datangnya bulan suci Ramadhan. Meski istilahnya berbeda, satu sama lain memiliki kemiripan. Filosofinya pun hampir sama yaitu bagaimana ketika memasuki bulan Ramadhan satu sama lain saling memaafkan diwujudkan dengan berkumpul bersama, berbagi makanan, dan penyucian diri. Kamu pernah ikut tradisi yang mana? ^-^

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun