Mohon tunggu...
Bambang Hermawan
Bambang Hermawan Mohon Tunggu... Administrasi - Penikmat Budaya

Alumnus Universitas Islam Indonesia 2001. Pecinta budaya dan humaniora

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Jendela Mbah Badut

5 Februari 2024   10:08 Diperbarui: 19 Februari 2024   08:14 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Ahh, tapi lampu kamarnya kok masih menyala ya An?", Wati penasaran.

Andi Nampak mulai kalut, jangan-jangan Mbah Badut.....

"Gini saja, untuk memastikan aku akan membuka paksa daun jendela hijau kusam itu, tolong ambilkan linggis di rumah Mbok Ginem ya An!", pinta Andi.

Akhirnya Aan kembali ke tempat teman-temannya setelah mencari linggis di rumah Mbok Ginem.

"Linggisnya nggak ada Ndi", kata Aan melaporkan.

Akhirnya Andi terpaksa membuka jendela itu dengan tangannya saja, ia sudah bersiap mendobrak jendela itu, tetapi ternyata jendela terbuka ketika Andi menyentuh gagangnya, tidak terkunci dari dalam. Andi kemudian memanjat jendela, masuk kedalam kamar. Ia melihat Mbah Badut tengkurap sambil mendekap kostum badutnya. Andi mencoba memegang kaki Mbah Badut, dingin, kaku.

"Tolongggg!!!!! Mbah Baduttttt......" Andi sontak berteriak keras, lalu menangis keras.

"Ada apa Ndi, apa yang terjadi??", tanya keempat temannya.

"Cepat kasih tahu siapa saja orang disekitaran sini, Mbah Badut sepertinya sudah meninggal" Andi masih menangis sesenggukan.

Akhirnya beberapa orang tetangga berdatangan, membuka pintu rumah Mbah Badut, dan bahu-membahu mengurus jenazah Mbah Badut.

Aan, Andi, Dewi, Puspa dan Wati menangis berpelukan di bawah pohon jambu tua sambil sesekali menatap jendela hijau kusam itu. Andi melihat Mbah Badut tersenyum, melambaikan tangan, menjadi asap lalu menghilang.

"Selamat jalan Mbah Badut......"

Ponorogo, awal Pebruari 2024

             

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun