Mohon tunggu...
Bambang Hermawan
Bambang Hermawan Mohon Tunggu... Administrasi - Penikmat Budaya

Alumnus Universitas Islam Indonesia 2001. Pecinta budaya dan humaniora

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen: Buku Irene

30 Desember 2023   12:29 Diperbarui: 4 Januari 2024   22:10 343
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Ahhh...pengen ngobrol tok wae" Seno agak kikuk.

"Alahhh...mbel!!!...hahahahaha".

"Gini lo Lung, kamu inget Irene adik kelas kita?, kamu masih kontak dia nggak" Seno memutuskan untuk to the point saja, toh Lung adalah kawannya yang paling karib.

"Wahhh ora e, kenapa to?"selidik Lung.

"Gini lho Lung....kata Ardi Irene kok belum menikah pas dia ketemu tahun lalu. Usianya berarti sudah tiga puluh tujuh tahun. Cewek seusia segitu belum menikah lho Lung, ada apa yaa???".

"Kalau belum menikah emange mau kamu kawini??? Hahahahahahaha..." Jawab Lung bikin Seno salah tingkah.

"Ya mbok jangan terus begitu to urusannya. Aku penasaran Lung. Mbok tolong carikan info" pinta Seno. "Ya coba tak bantu cari info, sabar. Kenapa kok kamu penasaran, mantanmu po? Hahahahaha" ledek Lung lagi.

"Wedhus kowe Lung, wis to bantu aku ya, ini saya diajak rapat pak bos, saya akhiri dulu, makasih ya Lung sebelumnya". Seno segera menutup pembicaraan kemudian bergegas ke ruangan Pak Bos nya.

Seno menjadi sering menyelidik dirinya sendiri. "Kenapa aku jadi tiba-tiba kepikiran Irene?. Padahal sudah dua puluh tahun aku lupakan dia. Ahh andai kata dulu aku ....."sesal yang kekanak-kanakan menghinggapi Seno. "Memang kamu tak tahu terimakasih, kamu jahat sama dia, tak peka". Seno dihardik benaknya sendiri. "Kamu hanya berharap dipuja-puja saja, seperti firaun!" kata benak Seno lainnya. "Ah apapun, setidaknya ada peduli, meski terlambat, seperti kereta yang tak tepat waktu karena terguling di belokan rel", pikir Seno menemukan landasan. "Begitulah laki-laki, gemarnya mengejar, seperti singa melihat sapi hutan sendirian, enggan menjadi sapi hutan yang dikejar singa" pikiran Seno berkecamuk.

Pak Bos mengajak rapat ternyata karena Seno diperintah pergi keluar kota besok lusa, Kediri. "Apa?? Kediri??? Kebetulan macam apa ini?, bukankah alamat pengiriman buku Irene Mojoroto Kediri?" Seno jadi grogi. Membayangkan kemungkinan ia nekad mendatangi rumah Irene. Sepulang kerja Seno yang biasanya menuju halaman belakang untuk merawat tanaman, memilih membongkar tumpukan kertas lama, barangkali amplop bungkus paket buku dari Irene masih tersimpan. Dan benar saja, ia menemukan amplop coklat besar, tertera nama jalan dan nomor rumah Irene disana. "Dhuh Gusti...ada apa dibalik kebetulan ini?"

Hari ketika Seno harus berangkat ke Kediri sampai juga. Seno berangkat naik bus. Sepuluh jam perjalan yang berarti pula sepuluh jam kecamuk batinnya. Bimbang antara sekedar menyelesaikan tugas Pak Bos atau apakah kesempatan langka ini ia manfaatkan mencari tahu Irene?. Lumayan, Seno di Kediri selama tiga hari, mengikuti Diklat pengembangan UMKM.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun